Social Icons

Pages

Selasa, 23 Agustus 2011

Dholim & Ghibah

Kembali lagi aku membuka buku-buku yang kupunya dan mencoba mencari ilmu di dalamnya. Buku yang menjadi lirikanku saat itu adalah Kumpulan Fatwa Ibn Taimiyah. Buku ini adalah sekelumit kutipan pembahasan Ibn Taimiyah tentang Wilayad Al-Amir bi Al-Ma’ruf wa An-Nahy ‘an al-Munkar (kekuasaan yang membawahi semua kekuasaan baik agama dan muamalat, selain kekuasaan eksekutif dan yusdisial), Siyasah Syar’iyah (Politik Islam) dan Jihad Fi Sabilillah.
Ketika hendak membaca buku ini, sengaja tidak kuniati untuk membuka dengan melihat daftar isi terlebih dahulu. Tapi langsung kubuka secara acak dan Alhamdulillah isi yang terkandung tiap halaman yang kubuka secara acak saling berkaitan dan pastinya bermanfaat bagi diriku dan orang lain tentunya. Dalam halaman yang kubuka tak lupa aku mencatat no halamannya yang kutulis dalam selebaran kertas kecil. Halaman yang beruntung itu adalah halaman 168 dan 236 berisikan tentang pembahasan ‘kedholiman dan gibah’
*
Kedholiman itu ada dua jenis: 1) Menyia-nyiakan hak, dan 2) melampaui batas. Jenis pertama meninggalkan kewajiban terhadap orang lain, misalnya: tidak membayar hutang/melunasi, tidak menyampaikan segala macam amanah, dan selainnya yang berkaitan dengan materi. Sedangkan yang kedua ialah melampaui batas terhadap orang lain, seperti membunuh dan mengambil hartanya. Dan kedua itu adalah kedholiman. Sabda Nabi SAW
Penangguhan hutang yang dilakukan orang yang berkecukupan adalah kezhaliman. Dan jika salah seorang dari kalian dialihkan hutangnya pada orang lain yang kaya, maka terimalah.(Al-Bukhori dalam Al-Hiwalah, no. 2287; dan Muslim dalam Al-Masaqah, 1564/ 33; keduanya dari Abu Hurairah)
**
Terkait masalah kedholiman di atas, ternyata dalam lanjutan halaman lain dijelaskan bahwa orang dholim masuk dalam kategori orang yang boleh digunjing/ghibah.
Ini adalah pembahasan tentang macam dan jenis manusia yang patut digunjing. Adapun mengenai orang tertentu, maka keburukannya boleh disebut-sebut dalam beberapa hal:
1.      Orang yang didholimi boleh menyebutkan orang yang mendholiminya, baik guna mencegah kedholimannya maupun menuntut hak darinya. Sebagaimana Hindun Berkata, “Wahai Rasulullah, Abu Sufyan itu pria yang Bakhil. Ia tidak member nafkah kepadaku yang bisa mencukupi kebutuhanku dan anakku.” Maka Nabi Berkata kepadanya
Ambillah nafkah yang dapat mencukupi kebutuhannmu dan anakmu secara baik.” (Al-Bukhari dalam al-Buyu’; 2211; dan Muslim dalam al-Aqdiyah, 1714/7; keduanya dari ‘Aisyah)

2.      Menyebutkan keburukan guna menasihati umat Islam perihal Agama dan dunia mereka. Sebagaimana hadits shahih dari Fatimah binti Qais, ketika ia meminta pendapat Nabi SAW mengenai siapa yang akan menikahi dirinya. Kata perempuan itu, “Mu’awiyah dan Abu Jahm telah meminangku.” Nabi mengatakan, “Adapun Mu’awiyah, ia adalah laki-laki miskin dan tidak berharta. Sedangkan Abu Jahm adalah laki-laki yang suka memukul wanita.” Dalam riwayat, “Ia tidak meletakkan tongkatnya dari pundaknya.” (Abu Daud dalam at-Thalaq, no; 2283; An-Nasa’i dalam an-Nikah, no; 3245; dan Ad-Darimi, 2/ 135)
Beliau menjelaskan kepadanya, bahwa yang ini fakir tidak mampu memenuhi hakmu, sedangkan yang ini akan menyakiti dirimu dengan pukulan. Ini sebagai nasihat untuknya,  meskipun mengandung penyebutan aib pelamar.
***
Inilah secuil pelajaran yang kupelajari dari bacaan yang acak. Semoga bermanfaat dan dapat dipahami. Jika ada kritik dan saran silahkan karena setiap hasil jerih payah manusia dalam melakukan sebuah Ijtihad memungkinkan pasti ada kekeliruan, termasuk syaikhul Islam itu sendiri. Sekian dan terima kasih!!

Minggu, 21 Agustus 2011

Senandung Tilawah


Jujur..aku paling tidak suka melihat orang-orang Islam mengcemooh agamanya sendiri, menghina dan menggugat hukum-hukum yang telah ditetapkannya. Meski aku bukan orang yang agamis atau orang yang taat terhadap agama. Aku peling benci melihat hal-hal seperti itu di depan mataku. Aku kasihan sama mereka, tidak ada gunanya bertitel selangit, toh semua itu hanya membuat mereka melenceng jauh dari agama ini. dengan senangnya mereka menjual agama Islam dengan mata uang dunia. Sungguh kelam kehidupannya.
*
Semua berawal dari aku semester tiga. Berbagai macam doktrin akan hal itu kurasakan. Namun aku masih terbilang belum sensitif tentang hal itu. Jadi, kubiarkan mereka berkreasi dengan sendirinya. Tapi, lambat laun pengaruh doktrin itu berdampak pada teman-teman sekelas yang sudah mulai menghina dan menolak hukum yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Aku baru menyadari semua itu, dan mulai peka dengan keadaan seperti ini setelah aku bergabung dalam sebuah komunitas yang kata mereka (teman sekelas) adalah komunitas Islam fundamental.
Dari situ aku menyadari kenapa teman akrabku sampai rela berpindah jurusan meski kuliahnya akan molor. Ternyata alasannya sama seperti yang aku alami. Tidak betah dengan doktrin-doktrin yang merusak Islam. Hal ini kuketahui ketika aku berkeluh kesah padanya.
Yan..aku sekarang sedang kesal dan benci terhadap tindakan para dosen, mereka sungguh keterlaluan dan sangat kelewat sampai-sampai ayat hukum potong tangan dikatakan sebagai hukum kuno yang berasal dari produk budaya arab, dan tidak cocok jika diterapkan di negeri ini.” keluhku pada yanto. “Sungguh, aku berharap mereka cepat insyaf, jika tidak aku berdo’a semoga allah mencabut nyawa mereka agar mereka cepat sadar akan tindakan mereka di Akhirat nanti.” Lanjutku.
Yanto yang sedang khusuk membaca buku itu akhirnya mau angkat bicara, dengan sedikit senyum ia menjawab kuluhku padanya.
Istighfar..jangan mendo’akan yang jelek-jelek, meski demikian mereka adalah orang Islam. Jika mereka sampai kelewat menggugat hukum Allah, do’akan saja semoga hidayah menghampiri mereka.” Jawabnya tenang.
Mendengar tanggapan yanto, aku akhirnya sadar jika semestinya aku tidak sampai kelewat seperti ini, sampai-sampai mendo’akan mereka agar dicabut nyawanya. Aku beristighfar  menyadari kekeliruanku.
Mereka hanyalah orang-orang yang mencari celah hukum, aku sadar mereka telah terpengaruh dari para pemikir non Islam yang memang berusaha untuk menghancurkan Islam dari dalam, kamu tahu sendirikan..apa yang disebut ‘Ghazwatul fikr’? ya seperti inilah. Mereka telah diperbudak akal mereka, mereka lebih mengutamakan rasio, tidak mengutamakan manfaat dari hukum allah yang akan berdampak apa nantinya jika diterapkan.”
Penjelasan yanto menyadarkanku akan apa yang telah kuketahui , yaitu ‘Ghazwatul Fikr’ (Perang Pemikiran). Sungguh kejam dan memang sangat berbahaya mengingat perang pemikiran tersebut.
Kamu tahu, apa alasanku pindah jurusan?
Aku hanya diam tanpa bisa menjawab apa yang ditanyakan yanto padaku.
Alasanku pindah tidak tahan mendengar doktrin yang melecehkan Islam.” Jawabnya.
Dari perbincangan ini aku akhirnya aku tahu alasan teman akrabku ini rela pindah meski mengandung banyak resiko yang akan didapatnya. Dan aku tahu, kepindahan dia bukan dilandaskan pada ketidak mauan dia akan ‘Balligu ‘Anni Walau Ayah’. Tapi karena sudah tidak ada cara lain untuk mengembalikan pemikiran mereka pada Islam yang Kaffah.
Aku kembali teringat pada sabda Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadits yang berbunyi ‘Islam itu datangnya asing, dan kelak (diakhir zaman) akan kembali asing. Mungkin inilah yang disebut asing tersebut. Wallahu A’lam.
**
Hari-hariku kuliah sekarang tidak lagi berfokus pada keaktifan di kelas, tidak lagi fokus pada orientasi nilai. Aku lebih memilih diam tanpa banyak bicara di kelas. Tidak seperti semester-semester sebelumnya, yang masih aktif berdialog serta berdebat dengan teman ataupun dosen di kelas. Kehadiranku di kelas tidak lebih dan tidak kurang hanya untuk memenuhi tuntutan absen. Doktrin-doktrin yang setiap hari kudengarkan, tidak lagi kumasukkan ke dalam hati. Kubiarkan begitu saja dan kuanggap seperti angin yang berlalu. Aku tidak mau lagi menggugat doktrin melecehkan itu karena hal itu akan berdampak pada nilaiku yang bakal tidak mereka luluskan nanti. Prinsipku sekarang ibarat seperti batu, meski angin mencoba merobohkan dan menggeser kedudukanku. Tapi tetap saja aku akan diam tanpa memperlihatkan perlawanan sedikitpun.
Kujalani hari-hariku untuk kuliah, hanya sebagai formalitas belaka demi mengejar title Sarjana. Dalam pikiranku, meski kelak aku Sarjana pun, tidak ada yang dapat aku banggakan dari pengalaman kuliahku apalagi title sarjanaku, semua hanya omong kosong..!!
***
Memasuki semester 7, tekanan batin yang sering kualami ketika berada di kelas mulai pupus dari diriku. Meski aku kembali lagi dipertemukan dengan dosen yang selalu mendoktrin pikiran anak-anak. Tapi hal itu tidak membuatku resah. Karena aku tahu dia tidak akan mengajar penuh pada semester ini dikarenakan dia akan menunaikan Ibadah Haji tahun ini. Hari pertama perkuliahan dosen tersebut, hanya diisi dengan acara perkenalan mata kuliah dan berlanjut pada permohonan maaf beliau karena tidak bisa mengajar penuh pada semester ini. kelangsungan kuliah kita hanya dibebani sebuah tugas rumah (Teks Home), dalam pertemuan terakhir dengan beliau sebelum keberangkatannya ke kota Mekkah, beliau berpesan singkat pada kami “Tolong, tugas itu dikerjakan sebaik mungkin, karena nilai akhir perkuliahan ini diambil dari tugas itu.” Selesai berpesan, perkuliahan kami di tutup dengan ucapan salam.
Aku sungguh senang, melihat hal itu di depan mataku. Bukan karena aku libur kuliah, tapi karena aku tidak akan mendengarkan lagi kata-kata beliau yang selalu melecehkan hukum Islam selama setengah tahun ini. ‘Alhamdulillah’..kuucapkan syukur ini akan takdir yang sudah ditentukan!! Dalam hati aku berkata ‘Akhirnya aku terbebas dari kata-kata yang tidak bertanggung jawab.Saatnya aku berlibur dari sakit hati ini yang selalu melanda ketika aku diajar oleh beliau. Dan tak kan ada lagi penggugatan kepada hukum Allah selama satu semester ini.
****
Tidak terasa, satu semester sudah mau selesai. Dosen yang kubenci sudah datang dari tanah suci Mekkah. Tugas yang pernah ia berikan di awal semester sudah kurampungkan beberapa minggu lalu. Sekarang tinggal mengumpulkannya pada beliau pada hari yang telah ditentukan di jadwal UAS. Aku mencoba mencari tahu anak-anak kepastian jadwal tersebut apakah tidak ada perubahan? Mereka hanya menganggukkan kepala pertanda jadwal itu sudah pasti.
Selang beberapa jam aku mendapatkan sebuah sms dari ketua kelas yang berinformasikan
Sekedar Info..untuk pengumpulan tugas mata kuliah hukum Islam di kumpulkan besok jam 08.00WIB di kelas. Terima Kasih!!” Setelah membaca pesan singkat ini, aku hanya mengelengkan kepala.
Dasar jam karet..baru saja kutanyakan kepastiannya kapan,,eh sudah diganti besok.” Gumamku dalam hati “Tapi gak apa-apalah, lebih cepat lebih baik.”
****
Keesokan harinya, aku langsung menuju kampus tepat pada pukul 08.00WIB untuk mengumpulkan tugas ini, sebagaimana yang telah diinfokan sebelumnya. Tidak banyak yang kubawa, hanya sebuah tas cangklong kecil yang berisi lembaran tugas dan sebuah bolpoin. Sesampai di kampus, aku bertemu dengan teman-teman yang sedang bergerombol di depan fakultas. Aku menghampiri mereka dan ikut bergabung dalam gerombolan itu berharap mengetahui sesuatu. Tapi ternyata, tidak ada hal yang penting, hanya sebatas cerita-cerita kecil mereka yang kuketahui dalam mengerjakaan tugas tersebut dengan mengcopy paste dari Internet. Aku hanya tersenyum kecil melihat aksi ejek teman-teman.
Ketika hendak memasuki kelas, aku dikagetkan dengan sesosok yang kukenal. Yah..tidak salah lagi, sesosok itu adalah dosen mata kuliah ini. sedang apa beliau berada dalam kelas? Apakah beliau masih rindu mengajar dan mendoktrin anak-anak? Berbagai macam pertanyaan berkelabat dalam pikiranku. Kembali lagi hati ini bergemuruh, aku tidak tahu bakal terjadi apa selanjutnya. Resah kembali datang pada diriku, ketakutan dan ketidak nyamanan kembali kurasa saat itu. Dal hati aku berdoa “Semoga tidak terjadi hal seperti yang kubayangkan.”
Dengan wajah yang kembali kusut aku memasuki kelas. Keceriaanku selama satu semester seolah terenggut oleh kekelaman hari ini. sungguh sangat tidak diharapkan dan tidak dapat dibayangkan sebelumnya, kalau dosen ini kembali lagi bersua dengan kami di kelas. Aku memilih duduk di belakang berharap tidak terlalu mendengarkan hal yang sangat menyakiti hati. Aku terdiam melihat wajah beliau yang sedang duduk di depan. Seketika aku menilai, ada perubahan pada diri beliau. Wajahnya teduh, cerah dan kembangan senyumnya menandakan seolah bukan dia yang sesungguhnya. Kusimak perlahan kata-kata beliau meski tidak sepenuh hati. Ternyata beliau menceritakan pengalaman spiritual yang tinggi di tanah suci berikut dengan pengalaman menarik yang ia peroleh di sana.
Aku mendengarkan dengan seksama, mulai dari cerita tawaf, jumrah hingga pada haji wada’.  Tak terasa cerita itu sudah kudengarkan sampai satu jam lamanya. Kebencianku seolah sirna dalam cerita tanah suci. Dan tanpa kubayangkan sedikitpun, diakhir cerita beliau berkata:
Di Mekkah,,banyak saya lihat orang dengan tangan yang buntung akibat dari kasus pencurian. Saya melihat sungguh kasihan, tapi itulah resiko yang harus ditanggung di sana. Tidak ada toleransi terhadap tindak kriminal. Tapi ini sungguh efektif, hukuman ini tidak hanya bikin jera bagi si pelaku, juga bikin orang yang lihat di sekelilingnya merasa enggan untuk melakukan kejahatan. Saya berharap hukum ini dapat diterapkan di Negara ini. tapi apakah ada yang mau mendukungnya?? Wallahu a’lam..!!
Terdiam, kami semua terdiam. Aku tidak menyangka ‘Haromain’ telah merubah pola fikirnya, aku tidak menyangka perkataan beliau berbalik 180 derajat dari sebelum-sebelumnya. Apakah beliau mendapatkan hidayah disana? Apakah haji beliau mabrurkah? Aku tidak tahu. Semua itu masih misteri dan tidak dapat dijawab olehku. Namun yang pasti, penjelasan akhir beliau ibarat ‘senandung tilawah’ yang sangat menyejukkan hati. Mataku berkaca karena senang. Bibirku terkatup rapat menyimak penjelasan itu. Hati ini berdebar ingin meneriakkah takbir. Allahu Akbar!!
Selesai

Kamis, 18 Agustus 2011

Celurit Merah


Lengkungan itu tak mengisyaratkan apa-apa
Tapi beribu nyawa telah kau renggut dengan sia-sia
Ratusan sukma telah kau pisahkan dari raga
Keberadaanmu hanya sebuah petaka
Menanggung dosa yang penuh nestapa

Kau sungguh agung ketika terselimuti darah
Dibawah langit biru kau sungguh maha raja
Kibasanmu menimbulkan luka
Diammu mengundang berjuta makna

Oh lengkungan sabit  merah 
Tarianmu tidak untuk didamba
Goyanganmu tidak untuk diterima
Aku tidak ingin kau senantiasa haus, haus akan erangan tubuh tak bernyawa
masuklah engkau dalam perapianmu, berhentilah mengaung laksana singa sang penguasa jagat raya
damailah wahai celurit merah, hingga legenda dirimu telah tiada diterpa badai waktu yang kan menjelma.

(*Adi Yusfi M)
Posted, 23:31 WIB 18 Agust 2011

Bandaraku Oh bandaraku


Aku masih ingat perkataan temenku mengenai Madura. Kata-katanya yang penuh ledek itu masih dapat kuingat secara jelas dalam pikiranku. Bagaimana tidak? Perkataan itu mengandung sebuah penghinaan dari kebodohan dia. Sebenarnya sih..aku tidak mau menanggapi perkataan itu. Tapi kenapa..kok lambat laun perkataan itu menjadi ganjalan di hati. Meski hanya sebuah perkataan ‘Di Madura mana ada Bandara?’..Namun kata itu cukup membuat hatiku sakit karena kata Bandara mengingatkanku pada janji pemerintah yang mau merenovasi beberapa tahun yang lalu. tapi sampai sekarang tak kunjung datang.
Memang bener sih kata Iwan fals dalam sebuah lyric lagunya yang berbunyi ‘Dunia politik penuh dengan intrik’. Jadi sudah sewajarnya klo janji itu hanya bersifat ‘Jambu’ alias janji busuk.  Tidak ada satupun yang harus dipegangi kata-kata mereka. Karena prinsip 'Bang Toyib' mereka terapkan, membuat rakyat jelata ini menunggu kedatangan ‘Janji’ itu.
Terkait masalah yang di atas, aku akan membuktikan sekaligus meralat perkataan orang-orang bodoh akan informasi yang beranggapan bahwa Madura tidak membunyai Bandar Udara alias Bandara. Anda bisa melihat gambar Bandara Madura yang ada di Sumenep, bagi yang belum tahu inilah momen anda untuk mengetahui Madura. Dan bagi yang sudah tahu, ya gak papalah..untuk menyaksikan kembali Bandara ‘lumpuh’ kita yang tentunya sangat dibanggakan oleh masyarakat Sumenep. 


Sudah terlihat jelas kan??...Maap klo hasilnya seperti ini, maklum waktu aku mengambil gambarnya, posisiku dalam keadaan mengayuh becak (biasa lagi banyak orderan cuy hehe). Gambar ini aku ambil pada bulan April silam.  Tidak hanya gambar ini yang aku ambil, ada beberapa gambar lagi yang patut anda ketahui bagaimana keadaan Bandar Udara yang bernama TRUNOJOYO ini.


Tampak Dari Samping

Aku bisa membayangkan, jika anda tidak diberitahu dan diberi 'tempe' sebelumnya tentang Bandara. Pasti anda beranggapan klo tempat ini adalah tempat yang cocok untuk memberi makan hewan ternak. Dan jika masih muncul anggapan seperti itu, aku tidak menyalahkannya. Karena aktifitas dari Bandara ini adalah memang untuk memberi makan kerbo dkk. Dan kadang nih..klo lagi musim panen padi. Landasan pacu pesawat dibuat tempat jemur dan menumbuk padi. Aneh ya?? Gak usah jawabpun aku sudah tau. Memang Bandara ini lebih cocok di sebut --Bandara Kedholiman--. Kenapa demikian? Karena selain Bandara ini mendapatkan kedholiman dari para Pemerintah, aktifitas di dalamnya pun penuh dengan kedholiman, yakni beraktifitas tidak pada tempatnya. Buktinya adalah ya si kerbau tadi. Coba anda bayangkan mana ada Bandara yang ada kerbonya?? Terus jalan/landasan pacu Bandara mana yang bisa dibuat gerai padi?? Adanya ya..Cuma di Sumenep ini.
Klo dah kayak gini ya mau gimana lagi? Mau menyalahkan si Kerbau? Apa si Petani?? Ato Pemerintah yang membuat bandara ini terbengkalai? Pastinya Pemerintah dunk. Awal kedholimanpun yang melakukannya adalah pemerintah. Rakyat miskin dan hewan hanya korban, mereka jangan disalahkan jika berbuat tidak semestinya, mereka melakukan itu hanya untuk mengoptimalkan fasilitas yang gak terpakai. Hitung-hitung dari pada nganggur dan berubah menjadi –mubadhir- kan ‘repot’.
Bandaraku Oh Bandaraku...Malang sekali nasib dirimu...

Beginilah gambaran kotaku. Banyak korban, banyak kedholiman. Tapi tetap saja itu menjadi sebuah hiburan. Pedih hati ini mengingat semuanya. Tapi mau bagaimana lagi, kita hanya rakyat kecil tidak bisa berbuat apa-apa. Biarlah ‘Mereka’ terus menyeringai sampai pada batas waktunya. Inilah gambaran Rakyat dan Negeri yang disenandungkan oleh Alm. Franky Sahilatua.
*

Perahu Retak


Perahu negeriku, perahu bangsaku
menyusuri gelombang
semangat rakyatku, kibar benderaku
menyeruak lautan

langit membentang cakrawala di depan
melambaikan tantangan

di atas tanahku, dari dalam airku
tumbuh kebahagiaan
di sawah kampungku, di jalan kotaku
terbit kesejahteraan

tapi kuheran di tengah perjalanan
muncullah ketimpangan

aku heran, aku heran
yang salah dipertahankan
aku heran, aku heran
yang benar disingkirkan

perahu negeriku, perahu bangsaku
jangan retak dindingmu
semangat rakyatku, derap kaki tekadmu
jangan terantuk batu

tanah pertiwi anugerah ilahi
jangan ambil sendiri
tanah pertiwi anugerah ilahi
jangan makan sendiri

aku heran, aku heran
satu kenyang, seribu kelaparan
aku heran, aku heran
keserakahan diagungkan


Rabu, 17 Agustus 2011

Kenduri Malam 17

Memasuki malam 17 Agustus yang bertepatan dengan malam (Nuzul Al-Qur’an) & Hari kemerdekaan Republik Indonesia. Seluruh Umat Islam Dan Rakyat Indonesia merayakan hari penuh makna ini. Hal ini dapat kita lihat pada sebuah komplek di Sumbersari Malang. Yang dengan gegap gempita warganya merayakan perayaan besar ini. memang tidak seperti Lebaran atau yang lainnya. Tapi perayaan ini terlihat sangat spesial untuk tahun ini karena dua perayaan hari besar tergabung dalam satu hari yaitu Malam 17 Agustus. Seperti yang sudah disebutkan di atas. Masyarakat Sumbersari mengadakan sebuah perayaan yang mereka sebut sebagai kenduri Malam 17 Agustus.
Entah apa maknanya, aku sendiri agak bingung mengartikan kata kenduri itu. Meski kenduri sudah berulang kali kudengarkan. Tapi tetap saja aku tidak dapat mengartikannya secara harfiah dan istilah makna dari kata kenduri itu. Selama ini aku hanya memahami acara kenduri itu adalah acara makan-makan. Tapi untuk lebih jelasnya aku masih belum mengetahuinya secara pasti makna kenduri tersebut. Oleh karena itu, sebelum menuju pada suasana perayaan kenduri berikut. Ada baiknya jika aku mengartikan kata kenduri tersebut dari apa yang aku lihat di kamus ilmiah popular.
‘Kenduri’ adalah acara selamatan (perjamuan makan-makan)
Betulkan apa yang kupahami tentang kenduri tidak salah. Bahwa acara itu adalah acara selamatan dengan bonus perjamuan makan-makan hehe.. jadi sudah ada gambaran kan tentang acara yang aku ikuti ini dengan melihat makna kenduri tersebut di atas? Aku yakin semua sudah dapat menerka apa yang akan terjadi selanjutnya (ceile..kyak detektif ni ye??pake menerka segala). Untuk lebih rincinya aku akan membagikan pengalamanku dari apa yang aku rasakan dan kudapat saat mengikuti acara kenduri malam 17 ini.
*
Acara ini dihadiri tidak hanya oleh warga asli Sumbersari, juga dihadiri oleh pendatang yang kebanyakan mahasiswa seperti diriku. Acara ini dimulai tepat pada saat semua warga berkumpul. Tepatnya aku kurang faham, karena aku bukan petugas yang ngawasi jam dinding saat itu.
Sebelum acara di mulai nih, para warga kampung berbondong-bondong mengumpulkan makanan ke rumah Pak RT (Sebelah kosku). Makanan ini nantinya yang akan diberikan pada warga dan rekan mahasiswa yang menghadiri kenduri ini. entah apa isi makanan itu, aku tidak tahu karena semua dibungkus dalam beberapa kotak. Untuk aturan warga harus mengumpulkan makanan berapa kotak? aku tidak tahu. Cuma waktu kulihat, minimal setoran itu 3 kotak, dan ada tambahan kayak buah semangka dan yang lainnya seperti Black forest. Ya..hanya buah semangka dan senampan black forest yang bisa kulihat dengan kasap mata. Selebihnya semua itu misteri, jadi ya nanti tinggal terima saja dan berharap klo isi dalam kotak itu bermanfaat buat sahur nanti. Semisal nanti ada yang mendapatkan isi kotak hanya sebuah tulisan ‘Maaf anda kurang beruntung’ ato berisi setumpuk kotoran kuda, berarti malam itu anda di naungi oleh bintang kesialan hehe..(Becanda)
Setelah semua makanan hasil sumbangan warga berkumpul. Acara kenduri ini akhirnya dimulai dengan pembacaan 'Basmalah'. Setelah itu, pihak panitia yang tergabung dalam jajaran kepengurusan RT menjelaskan tentang perihal acara tersebut. Bahwa acara kenduri ini diselenggarakan sebagai bentuk rasa syukur sekaligus merayakan malam Nuzulul Qur’an dengan malam kemerdekaan RI yang ke 66. Selesai sambutan yang berupa penjelasan ini, kemudian dilanjutkan dengan tausiah yang disampaikan sesepuh kampung.
Dalam tausiah yang disampaikan oleh beliau. Setidaknya ada sebuah ilmu yang dapat kupetik, meski hal ini masih timbul tanda tanya akan kebenarannya. Tapi tetap, yang namanya informasi akan menghasilkan sebuah pemikiran baru. Begitu sih yang aku pahami. Nah kita perhatikan yuk isi tausiyahnya.
Pernah suatu ketika Jibril datang kepada nabi, dia (jibril) mengatakan bahwa ada seorang hamba yang beribadah 500 tahun lamanya di atas gunung, ketika dia meninggal dia masuk surga.
Ketika masa peribadahan hamba tersebut, allah senantiasa memberikan rahmatnya berupa air dan buah delima yang dapat ia nikmati. Suatu ketika, dipenghujung doanya, ia memohon kepada allah agar dimatikan dalam keadaan sujud. Maka diapun akhirnya mati dalam keadaan sujud dan kemudian allah memasukkannya ke dalam surga
Ketika sedang berada di surga, si hamba ini berkata. Aku masuk surga lantaran karena ibadahku yang 500 tahun. Tapi allah berkata, bahwa ia dimasukkan ke dalam surga bukan karena lantaran ibadahnya yang 500 tahun tersebut, melainkan karena rahmat allah yang Ia berikan kepada hamba-Nya tersebut. Si hamba ini tidak percaya. Maka allah memerintahkan kepada malaikat untuk menghitung pahala yang ia dapat dan membandingkan dengan rahmat allah yang diberikan kepadanya.
Setelah dihitung, akhirnya muncullah hasil yang sangat mengejutkan. Bahwa amal ibadah yang ia kerjakan selama 500 tahun besarnya hanya seperti rahmat mata yang allah berikan kepada kita.
Nah..Pahamkan akan ulasan dari tausiyah di atas?? Jadi jangan merasa ibadah kita yang sangat lama kita lakukan, berpikir pahalanya sudah dapat membawa kita ke dalam surga. Surga itu diberikan oleh Allah lantaran Rahmat-Nya. Bukan karena hasil jerih payah kita selama di dunia. Dan Rahmat Allah meski dalam ukuran keduniawian terbilang kecil, tapi jangan sepelekan hal tersebut. Karena kecilnya rahmat tidak diukur layaknya pengukuran harta dalam dunia. Oleh karena itu kita harus pandai-pandai bersyukur akan karunia yang diberikan allah pada kita. Agar kita tidak termasuk dalam kategori orang yang kufur akan nikmat seperti halnya yang termaktub dalam Al-qur’an yang artinya adalah:
Barangsiapa yang bersyukur maka akan ditambahkan nikmatnya, dan barangsiapa yang kufur, niscaya adzab allah itu pedih
Ditambah pula dengan firman allah dalam surat ar-rahman yang artinya:
Maka, nikmat tuhan manakah yang kau dustakan??”
Itulah poin penting dari isi tausiyah acara kenduri malam 17 yang kudapatkan.
Selesai acara formal ini yang ditutup dengan bacaan al-fatihah yang dikhususkan pada pejuang kemerdekaan terdahulu. Maka kemudian acara inti dimulai, yakni:..tara…Makan-makan..hehe
Aku akhirnya mendapatkan sekotak makanan yang berisi nasi dan segala macamnya. Kemudian mendapatkan sepotong buah semangka yang disuguhkan oleh warga kampung. Setelah pembagian makan-makan selesai. Acara formal kenduri untuk malam 17 selesai dan tergantikan dengan acara hiburan yang bersifat duniawi, yakni lomba maen kartu remi dan catur yang diselenggarakan oleh RT dan warga Sumbersari Gang 3b ini.
Sampai disitu aku sudah tidak mengikuti kegiatan tersebut. Karena sudah tidak wajar dan tidak baek di malam Ramadhan menambah dosa dengan menyaksikan warga kampung yang bermaksiat (gayamu). Mungkin ini saja yang dapat kuceritakan. Semoga bermanfaat dan terima kasih!!

Nb: Mencoba menjadi jiwa Nasionalisme tidak selamanya salah. Selama hal itu tidak menggeser kedudukan Agama dalam hati kita. Jadi menurutku sah-sah saja merayakan kemerdekaan RI walau sebagian umat Islam mengharamkannya dengan alasan Indonesia adalah Negara penganut hukum Toghut.