Social Icons

Pages

Minggu, 19 Februari 2012

Demam Boy Band

Grup musik -Boy Band & Girl Band- yang satu ini sekarang lagi naik daun. Dan hingga hari ini banyak bermunculan Boy Band atau Girl Band baru di dunia musik Indonesia. Sungguh ini merupakan penyakit musiman -alias Demam Boy Band- layaknya hal-hal eksentrik lainnya. Banyak yang tergila-gila pada mereka yang membuatku merasa jijik ketika melihat reaksi para penggemarnya kelewat Alay. Sungguh menjijikkan, maap ni ya, Ane ngomong begini bukan karena ngiri –ane komen Karena ane bukan Maho men, ane normal--, sebenernya sah-sah saja grup seperti itu. Cuma yang jadi ganjelan di hati ni, mereka seolah tidak kreatip cz gaya mereka yang cendrung plagiat fashion korea gitu, terus ditambah lagi segi dandanan mereka juga alay banget. Ampun dah..!!


Sumpah..!! ane gak bakal suka sama yang namanya boy band Indonesia. Hanya grup Smosh yang terdiri dari (Andre Taulani, Sule, Aziz gagap, Nunung, Opie Kumis, Parto dan Adul) yang ane suka, cz mereka kretif, merubah sesuatu yang menjijikkan menjadi hal yang konyol n lucu.


Untuk girl bandnya sih gak masalah, ane suka banget gan (soalnya cakep-cakep hehe) itung-itung juga buat cuci mata gan hehe.. biasa cowok normal --perlu dimaklumi--, bukan kaumnya para Maho. 


 bening-bening kan?? (^_*)


Tapi klo girl bandnya kyak yang di bawah ini, mending ane kabur. Sumpah nyeremin banget


Gimana Gan, Nyeremin banget kan??

Pantes kalau SANJI (Char dalam anime One Piece) sampe muntah darah kalo lihat yang beginian. secara gitu, nyeremin banget hahaha...
  

Jumat, 17 Februari 2012

Menggenggam Keinginan

Lama aku berkeinginan rekreasi ke atas gunung alias mendaki. Cuma kadang keinginan tersebut selalu terkendala oleh personal yang ingin kuajak. Tapi, akhirnya aku dapat merealisasikan keinginanku di saat masa kuliahku sudah di ambang kelulusan (Amien..!! meski masih ada setahun lagi, pokonya di aminin hehe).

--Before
Sebelum tercapainya keinginan, aku dan teman-teman sudah merencanakan jauh-jauh hari. Awal mula keinginan ini tak kan terbentuk, jika seandainya aku tidak bertemu kawan-kawan dari Universitas Indonesia yang selalu menceritakan pengalaman indah mereka mendaki gunung Rinjani di Lombok. Dari sinilah perwujudan keinginanku semakin tampak dan mendekati kejelasan, walau terkadang masih terkesan semu. Pertemuan dengan kawan-kawan mahasiswa UI berujung pada satu perjanjian untuk menjejakkan kaki di puncak Mahameru, tanah tertinggi Jawa.
Rencana besar sudah terbentuk dan terkonsep dalam hati kita masing-masing, akhirnya petualangan pun di mulai sejak itu, petualangan untuk mendaki gunung. Untuk mempersiapkan fisik dan mental mendaki mahameru, tentunya aku yang belum pernah mendaki gunung harus uji coba terlebih dahulu mendaki gunung yang tidak seberapa tingginya. Dengan rapat mendadak non formal, tempat yang kan –khususnya aku—mulai adalah gunung Van Der Man yang terletak di kota Batu Malang, dengan ketinggian kurang lebih 2000 meter.
Semua sepakat, dan waktu telah di tentukan, yakni ketika Hari Raya Iedul Adha.

--Hari H
Dengan perbekalan seadanya, dan kekuatan fisik yang juga seadanya kita bersiap mendaki gunung Panderman (orang Malang bilang) pada H -1 Lebaran Iedul Adha. Semua berkumpul di markas, bersiap meluncur setelah dzuhur. Sambil menunggu siang, aku bersantai sejenak di markas sebelum fight siang nanti.
Di tengah kesantaian kita bertiga, tiba-tiba ada info bahwa pemandu yang sudah janjian mau mengantar kita masih belum meberikan kepastian. Dan setelah di hubungi via phone, hpnya gak aktif. Sial..batinku. tapi aku tak mau nyerah dengan hal seperti ini, dan teman-teman seperjalananku juga berpikir demikian. Akhirnya, dari pada membatalkan sesuatu yang sudah di depan mata, lebih baik tetap pada pendirian semula meski merubah rencana. Maka,  kami mempunyai alternative lain, yaitu menghubungi anak UKM Mapala Tursina (Kebok.red) sebagai pemandu kita menuju gunung Panderman. Untung saja anak tersebut memang berniat untuk jalan-jalan juga, jadi sudah pas dan melegakan kita yang sempat down gara-gara ketidakjelasan pemandu pertama.
Saat itu, jam sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB. Tapi kami tidak bisa berangkat saat itu, karena hujan deras mendadak turun. Terpaksa kita menunggu sampai hujan reda, entah berapa lama hujan itu berlangsung, yang pasti saat hujan reda, tu sudah mau magrib. Setelah semua dirasa sudah siap, dan hujan sudah menyisakan rintik, kita menuju kontrakan si anak Mapala tersebut.  Dari sinilah petualangan di mulai.
Rencana semula berubah total, gunung panderman tersisihkan oleh pegunungan kawi –atau lebih di kenal Putri Tidur—yang ketinggiannya melebihi panderman. Tanpa pikir panjang, kita bertiga langsung menyetujui usulan si anak Mapala tersebut. “yang penting berangkat, dan esok harus membawa kenangan indah yang harus diceritakan sama teman-teman organisasi” pikirku (bukan berniat pamer/sombong). Sambil menunggu maghrib, kami bersantai ria sambil nongkrong di depan kontrakan anak Mapala.
Selang beberapa menit, adzan berkumandang. Kami satu persatu shalat bergiliran di kamarnya. Maap ni ya, bukannya kita tidak mau shalat berjamaah saat itu. Tapi karena kondisi kamar yang sempit dan acak-acakan yang menyebabkan kita tidak bisa shalat magrib berjamaah saat itu. Setelah selesai shalat semua, kita berangkat menuju pegunungan kawi dengan perasaan dan ucapan “Bismillah

--Kaki Gunung Pegunungan Kawi
Malam mulai gelap, jalanan licin bekas hujan menambah tantangan tersendiri ketika langkah pertama terayun menapak tanah yang masih basah tersebut. Alat penerang seperti senter dan Had Light mulai dinyalakan, berhubung medan yang ada di depan mata kita sangatlah gelap dan perlahan menanjak. Tiada suara, semua terdiam konsentrasi pada langkah kaki. Perjalanan sudah berlangsung sekitar satu jam, keringat mulai bercucuran membanjiri tubuh kami semua. Hawa dingin pegunungan seolah tidak terasa bagi kami. Jacket yang semula kita pakai, satu persatu sudah dilepas. Gelap, licin dan terjal terasa oleh tubuhku. Lebatnya pepohonan di depan mata kami menunjukkan pada kami kalau kita sudah memasuki hutan gunung Pegunungan Kawi.
Semakin malam, semakin tipis oksigen dan semakin lemah langkah kami. Sumpah, aku merasa keangkuhan manusia tak ada tandingannya dengan keangkuhan gunung yang berdiri kokoh di depan mataku yang selalu menantang. Aku lelah, capek, lapar dan ingin istirahat. Itulah yang selalu kupikirkan, berkali-kali aku bertanya pada si pemandu, “masih jauhkah ini ke pemberhentian yang dimaksud?”. jawab si pemandu "masih jauh, santai saja", penjelasan kata "jauh" bukan dijelaskan dengan jarak (layaknya orang tanya tempat), melainkan dijelaskan dengan waktu. Menurut si pemandu yang ada di depan kami, tempat pemberhentian kita yang pertama masih kurang tiga jam lagi. Aku gak habis pikir, dan semakin tidak percaya dengan pernyataan tersebut. Mana kondisi jalan yang semakin menanjak membuat napasku tersenggal-senggal tak karuan.
Saat itu baru benar terasa, capeknya mendaki sebuah gunung. Pikiranku sempat down melihat medan yang seolah sangat sulit untuk dilalui. Tapi namanya keinginan, dan tidak ada salahnya tuk mencoba, kuteruskan langkah kaki ini yang sudah mulai gemetar menahan lelah yang sudah terasa sejak tadi. Pikiranku mengawang, pandanganku tertunduk pada jalan yang kulalui.  Semua terasa semakin berat, ketika mencapai medan tanjakan yang disebut “Tanjakan Istighfar”.
Benar-benar tanjakan yang membunuh, sumpah!! Keinginanku untuk ke Semeru seolah hilang ketika merasakan tanjakan yang parah banget beratnya. Dalam pikiran aku mempertimbangkan “di pegunungan yang ketinggiannya di bawah Semeru saja sudah kayak gini, apalagi di Semeru?” entahlah. Semua gelap, meski berkali-kali mengeluh dengan tanjakan yang membunuh ini, tetap saja kaki tak mau berhenti menapak jalanan yang tidak karuan tersebut.
Hancur, benar-benar hancur. Hal seperti ini tidak terpikirkan sebelumnya, aku keteteran dengan medan ini. fisik sudah tidak dapat diandalkan lagi, untung saja motivasi menuju puncak masih terus mengebu-gebu di dalam hati. Inilah modal tenagaku menapaki Tanjakan Istighfar tersebut.




___

Di kaki gunung ini aku berdiri
Di kaki gunung ini aku melihat
Jalanan menanjak menuju puncak
Tanpa tersinari cahaya rembulan,
yang sedang malu berlindung di balik awan

Bebatuan besar dan kecil kami lalui bersama
sunyinya malam meredupkan semangat yang berapi-api
hawa dingin tak mampu menyurutkan kucuran keringat
lelah terasa menjalar ditiap sudut raga

Tanpa ampun
kami harus mendaki
jalanan terus meninggi
tak ada jeda buat kami
semua terdiam dalam tiap langkah
yang mulai melemah karena lelah

tapak demi tapak kami jejalkan
menuju pemberhentian yang diharapkan
jejak langkah yang tercetak di tanah
mengisyaratkan badan kami yang telah melemah

tanpa belas bagi kami para pendaki
jalanan yang mengerucut menyusutkan mental
menimbulkan putus asa yang bertubi-tubi

kaki mulai gemetar menahan rasa lelah
tebing-tebing curam hanya bisa tertawa
pepohonan yang mengitari menghamburkan asa
hanya keinginan yang memulihkan niat kami
menata menjadi satu kebahagiaan
kala puncak itu sudah kami taklukkan
(Malachi)

Sudah lima jam lebih kami mendaki, malam semakin larut memasuki waktu dini hari. Tenggorokan mulai kering tak tersirami seteguk air putih, hanya ludah yang kami telan buat membasahinya. Capek, --benar-benar capek, dalam hati selalu bertanya-tanya, kapan semua ini akan berakhir? Tak terasa sudah berapa lama kami berjalan, istirahat, berjalan dan berjalan terus, hingga ___sampailah kita ke safana yang bernama Padang Banteng (tapi sayang, safananya gosong karena kebakaran beberapa waktu lalu).

--Di Puncak
Jam 03.00 WIB dini hari, kami sampai di Padang Banteng. Inilah tempat peristirahatan yang kedua setelah Cemoro Kembar, aliran air jernih dan entah apa lagi yang bisa kuungkapkan. Rasanya seolah tak percaya aku berada di sini, menaklukkan berbagai macam medan yang parah dan sangat membunuh. Hari itu, kita sudah memasuki Hari Raya Iedul Adha, aku termenung, diam, menggil mengusir lelah menahan kesenangan. Beragam keperluan langsung kami kerjakan saat itu, mulai memasak nasi dan air, terus mendirikan tenda dan membuat api unggun kecil-kecilan sebagai antisipasi hewan liar dan juga sebagai penghangat manual.
Meski lelah, wajah kusut, dan tubuh menggigil tidak karuan. Tapi tetap saja mata tidak mau terlelap menyiakan keindahan hidup yang pertama aku alami tersebut. Tidak dapat disangka, keinginan sudah terbentuk menghapus keraguan yang sempat melandaku dan teman-teman seperjalananku. Alhamdulillah, ucap sukur terlontar dari lidahku. Betapa ini semua ibarat mimpi, tanpa kusadari aku saat ini berada di atas gunung yang ketinggiannya sudah mencapai 2200 an meter.
Pagi datang, cahaya mentari terasa menyinari safana ini, kembali lagi ucapan syukur dan takbir terucap lewat lidah. Pelan, tapi penuh penghayatan. Berbeda dari hari raya sebelumnya yang seolah tampak biasa-biasa saja tanpa memberi kesan menarik tersendiri. Jam menunjukkan 05.30 WIB, shalat Iedul Adha kulakukan walau tidak berjamaah,-----















Kulantunkan takbir…
Dalam suka cita yang membaharu
Di bawah langit-Mu aku bersimpuh
Memanjatkan asa yang terpendam

__
Jalan-jalan terjal kulalui
Menyisakan langkah-langkah rapuh
Dalam lelah pendakian
Nun jauh di sana…
Secercah sinar harapan mengobati dahaga kering tenggorokan
Basahnya peluh yang terurai
Terganti bahagia menghilangkan kesal
Para pendaki yang mencari kesenangan
(Malachi)

Kabut pagi datang, tebal berwarna putih menyisir safana yang terbentang. Suara gemuruh di langit mengirim rintik hujan yang mulai turun membasahi tanah lapang. Kami bergegas, menuju puncak, puncak yang di tuju untuk mengabadikan kenangan, yaitu puncak Cemoro Kandang. Dan di sanalah perjuangan berakhir, menjawab semua keinginan yang selama ini kuidamkan.

Jumat, 10 Februari 2012

Catatan Bimbang

Hadew...mungkin itulah kata yang pas buat mengungkapkan perasaanku mengarungi hari kemarin (kyak mengarungi lautan ja). Perlu anda tau, dan perlu anda menyimak (mau curhat masalahnya hehe) kemarin adalah hari yang paling membosankan, bagaimana tidak klo seharian di daerah kosku ada pemadaman listrik, mana lama lagi pemadamannya. Huh..pokoknya bikin sumpek dah. Bawaannya pengen teriak, lari, salto, tengkurep, telentang dan lain sejenisnya.
Parah banget pokoknya, udah sendiri gak ada temen, eh...malah di suruh jaga rumah sama bu kos, gimana gak stress. Untung ja ada sebungkus rokok 'penyakit' alias murahan yang menemani diriku dalam kegelapan. Tapi tetep aja masih bingung n stress, mau ngutak atik laptop listriknya padam, hp low bat, terus skripsi belum kelar2, ancur banget dah pokoknya.
Dalam kesendirian, untung aja inspirasi masih sudi mampir sama otak yang sudah karatan --yang selalu mikirin utang bukan plajaran--, akhirnya..dengan keisengan dan inspirasi q tulis tu kata-kata yang menurutku syahdu buat mengabari keadaan menyedihkan yang kualami saat itu. Mengiringi azan maghrib yang berkumandang sms kata syahdu gak mengandung hikmah terkirim lewat udara, trekk...
SMS terkirim_______ting-tong (laporan terkirim)
Di seberang sana, keypad dipencet, prat pret prot (kayak kentut ja bunyi kaypadnya), dan...
clak...(SMS terbuka)

Hariku dipenuhi kegelapan yang tak berujung pasti
bisikan setan meniupkan tipu daya kehancuran
berbalut keindahan,
tiada sinar harapan pudarkan warna pekat penuh dosa,
ratapan kecil hati terkurung dalam kelamnya
lingkaran Iblis menutup kesadaran
terhadap kuasa TUHAN yang ABADI,
____
Jalanku berliku dari benderangnya cahaya kebenaran
terperosok dalam kubangan hitam jerat setan
yang penuh dusta, dosa dan Kegelapan
(Malachi_09/02/2012) 
"KEGELAPAN"

Selesai mengirim kata hasil imajinasi payahq yang terinsiprasi dari pemadaman listrik, aku menunggu sambil berbaring di pembaringan khas, dengan selimut khas rumah sakit berwarna putih bergaris hitam memanjang, aku termenung sendirian di dalam kamar, tidak ada yang bisa kuperbuat ketika listrik padam seperti itu selain tiduran menunggu keajaiban datang (alias listrik kembali menyala). 
Sungguh membosankan__gak ada kerjaan, hanya merokok dan merokok terus sampe bibir dower. Mana angin malam kencang berhembus, membuat sekujur tubuh menggigil kedinginan --kata wong jowo "garai masuk angin"--. bengong, bego, kaku, terbaring menatap langit-langit kamar yang gelap, seisi kamar tak bisa kumanfaatkan, selain menatapnya dalam remang kegelapan.
-----Isya’
Kumandang adzan terdengar memecah langit malam, tak terasa sudah satu jam aku berada dalam pembaringan. Tidak ada yang berubah, semua tetap sama, gelap, bosan dan sebagainya. Kucoba tuk berjalan menuju beranda depan kos, tidak berubah, perasaan bosan masih saja belum hilang. Lalu aku kembali pada pembaringan, tidur, telentang, tengkurep dan diam. Dalam pikirku, -- “kapan..lampu ini nyala? Dasar sial.” Aku mengumpat, tapi kepada siapa? aku pun juga tidak tahu, pokoknya mengumpat, siapa tau bisa mengusir rasa jenuh.
Lama terdiam____kulihat ada sinar cahaya mengintip di sela-sela pintu kamar yang tidak kututup rapat. Aku pikir, mungkin lampu sudah nyala, tapi setelah mencoba menyalakan saklar lampu kamar__cetak-cetak (begitu kira-kira bunyinya)__lampu tetap saja gelap. Rasanya..pengen aku timpuk tu neon biar tau rasa. Untung saja aku masih waras, coba aku agak heng mungkin sudah ku Smack Down tu lampu hehe..
Lagi-lagi aku harus keluar kamar untuk mengatasi rasa bosan ini, dan… kulihat cahaya rembulan bersinar terang malam itu, angin malam yang semula terasa kencang perlahan mulai pelan dan kembali normal. “hem..keren.” gumamku dalam hati. Lalu aku duduk di tembok beranda mencoba menikmati cahaya indah itu, siapa tau dengan berbuat seperti itu, sosok pujangga hadir ke dalam diriku walau sesaat hahaha…(Nguarep.com). kunyalakan sebatang rokok menemani kesendirianku, sungguh nikmat. Meski malam ini sedang mati lampu, entah kenapa sekilas hal itu seolah tidak ngefek dengan datangnya sinar rembulan yang begitu cerah.
__dert..dert..__sms masuk,

Cobalah keluar, lihatlah rembulan
dan nikamatilah keindahannya

Aku tersenyum, dalam hati aku berkata “telat”. Lalu aku mengirim balik sebuah pesan dengan kata syahdu yang entah datang dari mana, aku pun juga bingung dapat dari mana,

Keluar dan lihatlah kearah timur,
Rembulan begitu indahnya menyapa hati yang sedang gundah,
Cahayanya sempurna menjernihkan pikiran yang kacau,
Mengagumkan..!!

Bermula dari inilah, akhirnya aku merasa lega, karena ada teman yang menemani hariku yang begitu membosankan. Di bawah cahaya rembulan, aku begitu tenang, damai dan tentram menikmati tiap detik keindahannya. Subhanallah, Maha suci engkau ya Allah, ciptaan-Mu tiada membosankan hamba yang terus menerus menikmatinya. Sinarnya memecah keheningan malam, menyinari jagat raya, dan tentunya menyinari daerah yang jadi korban sesaat dari PLN. Luar biasa..!!
Tak terasa, hari semakin malam. Sudah satu jam lebih aku duduk diam terpaku melihat bulan, entah pada saat itu –ingat..!! "PADA SAAT ITU"—apa aku terbilang sinting karena duduk diam menyaksiakan bulan? Tapi terserah…yang penting aku benar-benar menikmatinya, dan kepenatanku seolah hilang terhapus oleh pesona bulan yang menakjubkan.

Dalam gelap kuarungi mimpi,
Menghapus luka yang begitu perih,
Alunan angin malam berdendang,
Seirama dengan binar sang rembulan,
Mengiringi kepergianku berlayar ke samudera mimpi,
__
Sejenak ku terlupa hari kemarin,
Sekilas kulepas masa yang akan datang,
Hanya hari ini, dan hari ini..yang kurasa,
Dalam keindahan malam tersiram sinar harapan
penguasa jagat malam
(Malachi_09/02/2012)

Setelah kukirim sms terakhir pada temanku, aku menyudahi kegiatanku menikmati cahaya bulan, aku kembali ke pembaringan untuk istirahat, berharap esok kan kembali lagi (asek). Dan..tut..tut..tut.. sambungan terputus (Maaf, orang yang ada hubungi sedang tidur) Wassalam.

Kamis, 02 Februari 2012

Istimbath Hukum Larangan Euthanasia


1. Pengertian Euthanasia
Eauthanasia berasal dari kata yunani eu berarti baik, dan thanatos artinya mati. Maksudnya adalah mengakhiri hidup dengan cara yang mudah dan tanpa rasa sakit. Oleh karena itu, euthanasia sering disebut juga dengan mercy killing (mati dengan tenang). Dalam bahas arab dikenal dengan istilah qotlu al-rahmah atau Taysir al-Maut.
Secara medis, euthanasia baru dilaksanakan jika penyakit tersebut tidak mungkin disembuhkan lagi. Namun demikian, faktor ketidak mampuan biaya juga menjadi pertimbangan.[1]
Menurut istilah kedokteran, euthanasia berarti tindakan untuk meringankan kesakitan atau penderitaan yang dialami seseorang yang akan meninggal; juga berarti mempercepat kematian seseorang yang ada dalam kesakitan dan penderitaan hebat menjelang kematiannya.
Dilihat dari segi orang yang berkehendak, euthanasia bisa muncul dari keinginan pasien sendiri, permintaan dari keluarga dengan persetujuan pasien (bila pasien masih sadar), atau tanpa persetujuan pasien (bila pasien sudah tidak sadar). Tetapi tidak pernah ditemukan tindakan euthanasia yang dikehendaki oleh dokter tanpa persetujuan pasien maupun pihak keluarga, karena hal ini berkait dengan kode etik kedokteran.[2]

2. Macam-macam Euthanasia
            Macam-macam euthanasia sangat banyak sekali, dan dilihat dari berbagai macam sudut pandang yang berbeda, yaitu sebagai berikut:

A.  Dari Sudut Cara/Bentuk
Dari sudut cara atau bentuk, euthanasia dapat dibedakan dalam tiga hal:
1. Euthanasia aktif, artinya mengambil keputusan untuk melaksanakan dengan tujuan menghentikan kehidupan. Tindakan ini secara sengaja dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk memperpendek atau mengakhiri hidup si pasien.[3]
Contoh euthanasia aktif, misalnya, ada seseorang menderita kanker ganas dengan rasa sakit yang luar biasa sehingga pasien sering pingsan. Dalam hal ini, dokter yakin yang bersangkutan akan meninggal dunia. Kemudian dokter memberinya obat dengan takaran tinggi (overdosis) yang dapat menghilangkan rasa sakitnya, tetapi menghentikan pernapasannya sekaligus.
2.  Euthanasia pasif, artinya memutuskan untuk tidak mengambil tindakan atau tidak melakukan terapi. Dokter atau tenaga kesehatan lain secara sengaja tidak (lagi) memberikan bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup kepada pasien.[4]
Contoh euthanasia pasif, misalnya, penderita kanker yang sudah kritis, orang sakit yang sudah dalam keadaan koma, disebabkan benturan pada otak yang tidak ada harapan untuk sembuh, atau orang yang terkena serangan penyakit paru-paru yang jika tidak diobati maka penderita bisa meninggal. Dalam kondisi demikian, jika pengobatan terhadapnya dihentikan, akan dapat mempercepat kematiannya.
3.  Auto-euthanasia, artinya seorang pasien menolak secara tegas dengan sadar untuk menerima perawatan medis dan ia mengetahui bahwa hal ini akan memperpendek atau mengakhiri hidupnya. Dari penolakan tersebut ia membuat sebuah codicil (pernyataan tertulis tangan). Auto-euthanasia pada dasarnya adalah euthanasia pasif atas permintaan.

B.  Dari Sudut Maksud (Voluntarium)
Dari sudut maksud, euthanasia dapat dibedakan:
1.  Euthanasia langsung (direct), artinya tujuan tindakan diarahkan langsung pada kematian.
2. Euthanasia tidak langsung (indirect), artinya tujuan tindakan tidak langsung untuk kematian tetapi untuk maksud lain misalnya meringankan penderitaan.

C. Dari Sudut Otonomi Penderita
     Dari sudut otonomi penderita euthanasia dapat dilihat dalam tiga jenis:
1.  Penderita sadar dan dapat menyatakan kehendak atau tak sadar dan tidak dapat menyatakan kehendak (incompetent).
2.  Penderita tidak sadar tetapi pernah menyatakan kehendak dan diwakili oleh orang lain (transmitted judgement).
3.  Penderita tidak sadar tetapi kehendaknya diduga oleh orang lain (substituted  judgement).

D.  Dari Sudut Motif dan Prakarsa
Dari sudut motif dan prakarsa, euthanasia dibedakan menjadi dua:
1.  Prakarsa dari penderita sendiri, artinya penderita sendiri yang meminta agar hidupnya dihentikan entah karena penyakit yang tak tersembuhkan atau karena sebab lain.
2.  Prakarsa dari pihak luar; artinya orang lain yang meminta agar seorang pasien dihentikan kehidupannya karena berbagai sebab. Pihak lain itu misalnya keluarganya dengan motivasi untuk menghentikan beban atau belas kasih. Bisa juga, prakarsa itu datang dari pemerintah karena ideologi tertentu atau kepentingan yang lain.[5]
Dalam pembahsan ini, kami hanya akan membahas dua bentuk macam euthanasia, yaitu euthanasia aktif dan euthanasia pasif. Karena kedua macam inilah yang paling terkenal dan paling sering terjadi dan dilakukan oleh orang. Hal itu dilakukan karena kemungkinan banyak yang belum tahu hukumnya, atau sudah tahu tetapi tidak mengatahui secara mendalam sampai pada sumber hukum dan cara istimbath hukumnya.

DALIL EUTHANASIA

Tidak ada dalil yang secara gamblang menerangkan tentang euthanasia, baik yang aktif maupun yang pasif. Baik dalam al-Quran maupun Hadits. Namun, secara global ada beberapa dalil yang mungkin dapat dijadikan landasan dengan metode dan istimbath tentang euthanasia, yaitu sebagai berikut;

1.        Al-Quran surat al-Isra’ ayat 33, sebagai berikut:

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar[853]. dan Barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan[854] kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.”
Dan juga surat an-Nisa’ ayat 29.


“…..dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”

2.        Hadits Nabi saw.

 عن أبي هريرة قال, قال النبي صلى الله عليه وسلم : الذي يخنق نفسه يخنقها فى النار والذي يطعنها يطعنها فى النار.
Dari Abu Hurairah berkata, Nabi saw. bersabda; barangsiapa mencekik lehernya, maka ia akan mencekik lehernya pula dalam neraka. Dan barangsiapa menikam diri, maka ia akan menikam diri pula dalam neraka.

عن ثابت عن الضحاك عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: من حلف بملة غير الإسلام كاذبا متعمدا فهو كما قال, ومن قتل نفسه بحديدة عذب به في نار جهنم.
Dari Tsabit bin al-Dahhak mengatakan, bahwa Nabi saw. bersabda: barangsiapa dengan sengaja bersumpah palsu atas nama agama selain Islam, maka ia seperti apa yang ia katakana itu. Dan barangsiapa membunuh diri dengan benda tajam, maka akan di siksa dengan seperti itu pula dalam neraka.
Dari dalil-dalil di atas, dapat kita ketahui bahwa perbuatan pembunuhan atau pelakunya diancam dengan siksaan yang amat pedih nanti pada hari akhir. Pembunuhan adalah menghilangkan nyawa orang, baik dengan cara yang di sengaja maupun tidak disengaja, kecuali yang memang berhak untuk dibunuh.
            Dengan demikian Islam sangat melerang pembunuhan dengan cara-cara yang tidak wajar, karena Islam sangat menghargai jiwa manusia, Islam mengharuskan agar manusia memelihara jiwa manusia (hifzh al-nafs). Jiwa meskipun merupakan hak asasi manusia, tetapi ia adalah anugerah Allah SWT. Oleh karenya seseorang tidak mempunyai kewenagan dan dilarang melenyapkan nyawa siapapun tampa kehendak dan aturan Allah sendiri.
            Bahkan dalam Islam jika ada orang yang dengan sengaja membunuh orang lain tanpa alasan yan dibenarkan oleh syara’ maka ia sama hanya dengan membunuh masyarakat seluruhnya. Hal ini Allah jelaskan dalam al-Quran surat al-Ma’idah (132). Begitu besarnya Islam memberikan penghargaan terhadap jiwa, sehingga perbuatan yang merusak atau menghilangkan nyawa orang lain ini diancam dengan hukuman yang setimpal, yaitu dengan hukum qishos atau diyat.
            Dalil-dalil di atas memang tidak secara langsung menjelaskan tentang euthanasia, akan tetapi melihat keumuman ayat tersebut maka segala bentuk pembunuhan yang tidak dibenarkan oleh syara’ masuk dalam larangan ayat dan hadis tersebut diatas. Karena pada dasarnya euthanasia adalah salah satu dari bentuk pembunuhan meskipun dengan cara yang pelan, halus dan berbeda. 

Adapun definisi qiyas secara umum adalah suatu proses penyingkapan kesamaan hukum suatu kasus yang tidak disebutkan dalam nash (al-Qur’an dan al-Hadis), dengan suatu hukum yang disebutkan dalam nash karena adanya kesamaan illatnya.[1] Illat adalah sesuatu yang menentukan keberadaan hukum.
Setelah kita menentukan metode yang sesuai dalam penentuan istinbath hukum, maka langkah selanjutnya adalah menemukan persamaan illat yang terkandung dalam nash berikut:
Dalam ayat al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 33: 

Artinya: Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar dan Barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.
Illat yang dapat kita ambil dari ayat tersebut adalah pengharaman atau larangan menghilangkan nyawa orang. Berhubung tidak ada nash baik itu dari al-Qur’an maupun hadis yang menerangkan secara khusus tentang euthanasia itu sendiri, maka kami penulis beranggapan bahwa ayat diataslah yang paling cocok sebagai sandaran qiyas untuk masalah euthanasia ini.
Dalil hadis Nabi saw. Sebagai berikut:
عن أبي هريرة قال, قال النبي صلى الله عليه وسلم : الذي يخنق نفسه يخنقها فى النار والذي يطعنها يطعنها فى النار.
Dari Abu Hurairah berkata, Nabi saw. bersabda; barangsiapa mencekik lehernya, maka ia akan mencekik lehernya pula dalam neraka. Dan barangsiapa menikam diri, maka ia akan menikam diri pula dalam neraka.
Dalam hadis tersebut kami juga tidak menemukan hukum euthanasia secara jelas dan pasti, kami hanya menemukan kesamaan illat yang terkandung di dalamnya, yaitu orang yang mencekik lehernya (membunuh dirinya) akan dimasukkan dalam neraka. Illatnya adalah menghilangkan nyawa, baik nyawanya sendiri atau nyawa orang lain.



[1] Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqh (Bandung: Pustaka Setia, 2007) 87.



[1] Abu Yasid. Fiqh Realitas. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005) hal 212
[2] Chuzaimah T Yanggo, Hafiz Anshari. Problematika Hukum Islam Kontemporer. (Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 1995) hal 51.
[5] http://afandyna.blogspot.com/2009/06/euthanasia-dalam-islam.html