Ada sebuah kisah
menarik yang terjadi dalam beberapa hari yang lalu, kisah ini mungkin akan
menjadi kenangan dan pembelajaran tersendiri bagi orang yang berada dalam
sebuah kisah tersebut. Luar biasa kurasa untuk sebuah pencerahan, bagaimana
menyikapi dan memulai sesuatu hal yang kita harapkan nanti. Kisah tersebut
muncul ketika berlangsungnya acara diklatsar KSR UIN Maliki Malang yang ke 21
yang bertempat di bumi perkemahan Ledok Ombo Kecamatan Poncokusumo Malang.
Diklat ini
awalnya tidak ada yang special, tidak ada yang ‘wah’ ketika awal mula dibukanya
acara tersebut. Hanya terdapat beberapa insiden antar panitia yang menurutku
hal itu sangat lumrah dalam sebuah acara. Menit-menit awal berlalu hanya
diperoleh rasa capai dan lelah setelah setengah hari semua panitia, anggota dan
peserta bergelut dalam tugas masing-masing. Semua larut dalam rintik hujan yang
membasahi bumi perkemahan tersebut. Siang menjadi sore dan sore berangsur gelap
gulita tergantikan malam yang dingin karena cuaca hujan.
Detik menegangkan
mulai terkuak sejak seorang anggota senior paham akan konsep yang diusung
panitia saat itu. Beliau kaget dan merasa kenapa sampai terjadi hal seperti
ini? Muncullah tanda tanya besar dalam diri mereka. Ingin sekali beliau
mengutarakan maksud dan isi hati mereka saat itu, hanya saja belum ada
kesempatan untuk diberikan keleluasaan berbicara. Malam itu menjadi malam penuh
keganjilan di hati para senior yang sudah berpengalaman dalam hal menangani
acara diklatsar tersebut.
Keesokan hari,
tidak ada yang berubah dan tidak ada yang bertambah. Semua berjalan sesuai
rencana, acara demi acara yang sudah terkonsep satu persatu sudah terlaksanakan
dengan lancar. Semua masih dalam balutan senyum sumringah tanpa menyadari
kekeliruan yang menjadikan ganjalan bagi para senior pada malam sebelumnya.
Ketika sore hari, para panitia kedatangan tamu para senior alias para
pendahulu, kedatangan mereka memang sudah menjadi tradisi tahunan dalam
diklatsar, karena diklatsar merupakan ajang untuk memupuk bibit-bibit baru yang
akan memasuki zona keluarga KSR UIN Maliki Malang. Semua merasa senang dan
bahagia karena di tengah kesibukan mereka (senior pendahulu), mereka masih
berkenan meluangkan waktunya untuk melihat calon adik-adik beliau yang akan
melanjutkan tonggak estavet KSR UIN Maliki Malang untuk ke depannya. Semua
masih dalam balutan canda tawa, tanpa menyadari akan terjadinya sebuah tragedi
yang akan mengubah jalan KSR kembali sedia kala.
Malam harinya
setelah acara pesta rakyat, tragedi tersebut mulai tersulut dengan beragamnya
kekeliruan yang kita anut tanpa ada kesadaran dalam menjalani serangkaian acara
diklatsar ini. Candaan yang semula terdengar dalam hangatnya tenda pleton kini
berubah menjadi keheningan yang mencekam. Mental-mental panitia dan yang
terlibat di dalamnya saat itu benar-benar di pres dengan sebuah kalimat yang
lantang. Semua terdiam, ada yang hanya diam menunduk, ada yang menyadari maksud
kalimat tersebut dan menerimanya dengan lapang, adapula yang tidak terima
dengan hal yang diusung dan dijelaskan para anggota kehormatan (senior
pendahulu), dan mungkin ada juga yang masih belum paham maksud dan arah dari
pembicaraan tersebut. Sungguh malam itu aku merasa berada dalam sebuah tekanan
(under pressure) yang sangat dahsyat. Namun perlu untuk diketahui, tekanan
tersebut tidak untuk menghancurkan mental para panitia dan berbagai individu
yang terlibat di dalamnya, melainkan untuk menyadarkan kita dari kekeliruan
yang kita alami selama 3 tahun belakangan ini. Penggunaan system saat ini untuk
menjalankan diklatsar yang merupakan pintu masuk awal anggota baru ke
organisasi KSR, sekaligus ajang panitia memperkenalkan organisasi dengan
sebaik-baiknya ternyata terdapat beragam kekeliruan dan kesalahan yang fatal. Dan inilah yang menjadikan munculnya tragedy
tersebut sekaligus menjawab kesalahan yang dilakukan oleh panitia 2 tahun
silam, yang menjadikan para senior marah besar saat itu. Semua terdiam membisu
mendengarkan teguran keras dan keluh kesah para senior melihat kekeliruan kami
selama ini.
Mendengar
beberapa hal yang diutarakan oleh para senior berikut koreksi beliau terhadap
semuanya, menjadikan titik awal kesadaran bagiku bahwa selama ini kita salah,
keliru dan melenceng dari jalan yang dianut para organisator yang sudah
berpengalaman. Meski malam itu masih hening dan mencekam, tapi itulah titik
awal pembelajaran dan pencerahan buat kita. Tidak apa-apa jika ada air mata
yang menetes, tidak masalah jika kita bersedih karena sadar akan kekeliruan
kita, semua itu untuk menjadikan organisasi KSR UIN Maliki Malang lebih baik.
Ada sebuah pengorbanan di antara perjuangan menuju puncak, kita tak mampu
menghadapi gempuran alam namun kita bisa menyiasatinya. Dari sinilah semua
berawal, kemarin biarlah berlalu, pepatah mengatakan “kemarin adalah sejarah,
esok adalah misteri dan hari ini adalah anugerah, maka nikmatilah..”
***
System lama yang
sudah ada tidak selamanya harus diganti total dengan alasan perkembangan zaman,
adakalanya system lama itu masih efektif dibandingkan dengan system yang kita
buat saat ini. Meski secara teori dan berbagai macam pertimbangan bagus, namun
belum tentu secara aplikasi akan bagus juga. Lihatlah system system yang ada di
Negara kita, sudah berapa kali adanya pergantian system hingga saat ini, namun
hasilnya nihil. Semua terjerembab dalam kebobrokan tanpa adanya kesadaran. Hal
inilah yang berlaku kemarin pada acara diklatsar. Meski secara teoritis sudah
bagus karena sudah dikonsep dengan mengedepankan maslahat dan pertimbangan yang
matang, tapi jadinya semua kacau setelah diaplikasikan secara riil dilapangan.
Hal seperti inilah yang patut kita sadari, tidak perlu banyak pemikiran dan
membentuk kerangka ulang sebuah system dalam menjalankan sebuah acara jika
sebelumnya sudah ada system yang mewadahi acara tersebut selama bertahun-tahun.
Kita cukup memakainya saja meski hal tersebut terkesan kolot, namun kenyataan
dan hasil dari system lama lebih bagus dari pada system yang baru. Untuk
itulah, ini menjadi sebuah pembelajaran untuk kedepannya, agar kita tidak lagi
mengesampingkan dan mengabaikan system yang sudah lama ada.
Untuk
permasalahan ini cukuplah kita saja yang keliru, tidak usah saling menyalahkan
dan tidak usah merasa bersalah, yang penting kita semua sadar bahwa kita
sama-sama salah dan menyadari kesalahan yang kita lakukan selama ini. Oleh
karena itu cukuplah hari ini kita keliru dan kedepannya kita rencanakan agar
tidak terjerumus ke dalam lubang yang sama.
Dan untuk
perihal diklatsar, aku juga menyadari bahwa inilah awal kita memupuk
bibit-bibit baru agar tumbuh sesuai dengan apa yang kita harapkan. Karena
selama ini, aku hanya menggap bahwa diklat ini hanyalah sebuah acara untuk open
recruitment aggota saja. Namun setelah adanya insiden kemarin akupun menyadari
makna di balik acara diklatsar ini secara subtansi sama halnya dengan awal kita
menanam bibit. Butuh ketelitian, ketelatenan, keuletan dan perawatan yang
sebenar-benarnya agar bibit tersebut menjadi bibit yang unggul sesuai dengan
yang diharapkan.
Dalam sebuah
film kunfu panda tertera sebuah nasihat yang berbunyi “sebuah benih/bibit akan
tumbuh sesuai dengan keinginan jika kau percaya, mengarahkannya dan merawatnya.”
Dari kesimpulan nasehat itu dapat kita cerna bahwa jika kita menginginkan
penerus yang baik dan sesuai harapan, maka kau harus percaya, mengarahkannya pada
sesuatu yang benar dan merawatnya selama masih ada tenaga dan waktu hingga
bibit tersebut sudah matang. Dan sebelum hal itu kita lakukan terhadap bibit
baru, wajib bagi kita untuk membenahi diri kita terlebih dahulu sebelum
membenahi orang lain. Itulah kesimpulan dari tragedy beberapa hari lalu dalam
acara diklatsar 21 yang bisa aku cerna dan bisa aku pahami. Mungkin ini menjadi
sebuah awal pencerahan dan kekompakan kita antar anggota. Bravo KSR UIN Maliki
Malang..!!!