Dua jam bersama Zawawi Imron begitu member kesan dan memberi warna
baru dalam keilmuan kesusastraan. Meski terbilang sedikit, namun beragam
keindahan karya beliau begitu terasa hingga ke relung jiwa. Perasaan haru
sering aku rasa dalam dua jam bersama beliau di acara Seminar Internasional
yang bertema “What’s Poetry?” yang bertempat di gedung Rektorat UIN Maliki
Malang Lt. 5.
Banyak hal yang dibicarakan, banyak hal yang diajarkan pada acara
tersebut. Salah satu yang bapak Zawawi Imron ajarkan adalah tentang keindahan,
keindahan sebuah karya yang berbentuk puisi berasal dari keindahan hati. Pada dasarnya,
keindahan sebuah puisi bukan berasal dari keindahan sebuah bahasa, namun dari
hasil interpretasi keindahan hati yang berujung pada penciptaan sebuah karya.
Salah satu yang beliau singgung adalah tentang seorang penyair. Sesorang
dapat dikatakan sebagai seorang penyair adalah dengan sebuah tulisan. Misalnya
adalah ketika ada seseorang di pagi hari melihat matahari terbit, dan orang
tersebut berucap bahwa matahari tersebut tersenyum padanya dan merasakan keindahan
matahari pagi tersebut tapi tidak ditulis dalam sebuah sajak. Sesungguhnya orang
tersebut sudah termasuk dalam kategori penyair, hanya saja dia masih belum
komplit karena tidak adanya sebuah karya yang dia hasilkan dari hasil
interpretasi hati yang sudah indah dalam merasakan keindahan alam.
Oleh karena itu, untuk menghasilkan sebuah karya yang spektakuler dan indah. Pertama-tama harus mengindahkan
terlebih dahulu hati kita. Seterusnya adalah kita mampu memaknai sebuah hakekat
dari keindahan itu sendiri. Sebagaimana Zawawi Imron contohkan adalah lompatan
sebuah katak yang memasuki selokan, dalam lompatan tersebut mengandung sebuah
keindahan. Banyak hal indah di dunia ini yang masih belum ditangkap oleh
hati-hati yang belum indah, sehingga keindahan yang ada dibalik sesuatu yang
kita pandang tidaklah dapat kita serap sepenuhnya.
Dalam seminar yang diadakan oleh fakultas humaniora dan budaya UIN Maliki
Malang, Zawawi Imron juga banyak
melontarkan syair-syair yang sungguh memukau semua peserta yang hadir saat itu.
Dalam beberapa syair yang beliau lontarkan tidak sedikit peserta yang bertepuk
tangan tanda kagum dan tidak mengerti pola pikir para penyair terkenal seperti
beliau. Salah satu syairnya adalah “Jika awan mendung, jangan kau halangi hujan
turun ke bumi, jika kemarau datang, jangan kau halangi dedaunan runtuh, dan
jika senyummu sudah melekat dalam hatiku, jangan kau halangi diriku kalau nanti
aku merindukanmu.” Dan diantara
syair-syair tersebut, masih banyak syair yang beliau sampaikan kepada peserta. Hanya
karena aku tidak mencatatnya, maka hanya beberapa saja yang dapat aku ingat.
Semoga acara ini bermanfaat untuk ke depannya, dan dalam
pengharapan kecil aku bisa menciptakan sebuah karya yang indah nanti.
--hal
yang di dapat untuk menciptakan sebuah puisi adalah 1) indahkan hati terlebih
dahulu, 2) berasal dari pengalaman spiritual, 3) banyak membaca karya-karya
penyair lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar