Aku masih ingat perkataan temenku mengenai Madura. Kata-katanya yang penuh ledek itu masih dapat kuingat secara jelas dalam pikiranku. Bagaimana tidak? Perkataan itu mengandung sebuah penghinaan dari kebodohan dia. Sebenarnya sih..aku tidak mau menanggapi perkataan itu. Tapi kenapa..kok lambat laun perkataan itu menjadi ganjalan di hati. Meski hanya sebuah perkataan ‘Di Madura mana ada Bandara?’..Namun kata itu cukup membuat hatiku sakit karena kata Bandara mengingatkanku pada janji pemerintah yang mau merenovasi beberapa tahun yang lalu. tapi sampai sekarang tak kunjung datang.
Memang bener sih kata Iwan fals dalam sebuah lyric lagunya yang berbunyi ‘Dunia politik penuh dengan intrik’. Jadi sudah sewajarnya klo janji itu hanya bersifat ‘Jambu’ alias janji busuk. Tidak ada satupun yang harus dipegangi kata-kata mereka. Karena prinsip 'Bang Toyib' mereka terapkan, membuat rakyat jelata ini menunggu kedatangan ‘Janji’ itu.
Terkait masalah yang di atas, aku akan membuktikan sekaligus meralat perkataan orang-orang bodoh akan informasi yang beranggapan bahwa Madura tidak membunyai Bandar Udara alias Bandara. Anda bisa melihat gambar Bandara Madura yang ada di Sumenep, bagi yang belum tahu inilah momen anda untuk mengetahui Madura. Dan bagi yang sudah tahu, ya gak papalah..untuk menyaksikan kembali Bandara ‘lumpuh’ kita yang tentunya sangat dibanggakan oleh masyarakat Sumenep.
Sudah terlihat jelas kan??...Maap klo hasilnya seperti ini, maklum waktu aku mengambil gambarnya, posisiku dalam keadaan mengayuh becak (biasa lagi banyak orderan cuy hehe). Gambar ini aku ambil pada bulan April silam. Tidak hanya gambar ini yang aku ambil, ada beberapa gambar lagi yang patut anda ketahui bagaimana keadaan Bandar Udara yang bernama TRUNOJOYO ini.
Tampak Dari Samping
Aku bisa membayangkan, jika anda tidak diberitahu dan diberi 'tempe' sebelumnya tentang Bandara. Pasti anda beranggapan klo tempat ini adalah tempat yang cocok untuk memberi makan hewan ternak. Dan jika masih muncul anggapan seperti itu, aku tidak menyalahkannya. Karena aktifitas dari Bandara ini adalah memang untuk memberi makan kerbo dkk. Dan kadang nih..klo lagi musim panen padi. Landasan pacu pesawat dibuat tempat jemur dan menumbuk padi. Aneh ya?? Gak usah jawabpun aku sudah tau. Memang Bandara ini lebih cocok di sebut --Bandara Kedholiman--. Kenapa demikian? Karena selain Bandara ini mendapatkan kedholiman dari para Pemerintah, aktifitas di dalamnya pun penuh dengan kedholiman, yakni beraktifitas tidak pada tempatnya. Buktinya adalah ya si kerbau tadi. Coba anda bayangkan mana ada Bandara yang ada kerbonya?? Terus jalan/landasan pacu Bandara mana yang bisa dibuat gerai padi?? Adanya ya..Cuma di Sumenep ini.
Klo dah kayak gini ya mau gimana lagi? Mau menyalahkan si Kerbau? Apa si Petani?? Ato Pemerintah yang membuat bandara ini terbengkalai? Pastinya Pemerintah dunk. Awal kedholimanpun yang melakukannya adalah pemerintah. Rakyat miskin dan hewan hanya korban, mereka jangan disalahkan jika berbuat tidak semestinya, mereka melakukan itu hanya untuk mengoptimalkan fasilitas yang gak terpakai. Hitung-hitung dari pada nganggur dan berubah menjadi –mubadhir- kan ‘repot’.
Bandaraku Oh Bandaraku...Malang sekali nasib dirimu...
Beginilah gambaran kotaku. Banyak korban, banyak kedholiman. Tapi tetap saja itu menjadi sebuah hiburan. Pedih hati ini mengingat semuanya. Tapi mau bagaimana lagi, kita hanya rakyat kecil tidak bisa berbuat apa-apa. Biarlah ‘Mereka’ terus menyeringai sampai pada batas waktunya. Inilah gambaran Rakyat dan Negeri yang disenandungkan oleh Alm. Franky Sahilatua.
Beginilah gambaran kotaku. Banyak korban, banyak kedholiman. Tapi tetap saja itu menjadi sebuah hiburan. Pedih hati ini mengingat semuanya. Tapi mau bagaimana lagi, kita hanya rakyat kecil tidak bisa berbuat apa-apa. Biarlah ‘Mereka’ terus menyeringai sampai pada batas waktunya. Inilah gambaran Rakyat dan Negeri yang disenandungkan oleh Alm. Franky Sahilatua.
*
Perahu Retak
Perahu negeriku, perahu bangsaku
menyusuri gelombang
semangat rakyatku, kibar benderaku
menyeruak lautan
langit membentang cakrawala di depan
melambaikan tantangan
di atas tanahku, dari dalam airku
tumbuh kebahagiaan
di sawah kampungku, di jalan kotaku
terbit kesejahteraan
tapi kuheran di tengah perjalanan
muncullah ketimpangan
aku heran, aku heran
yang salah dipertahankan
aku heran, aku heran
yang benar disingkirkan
perahu negeriku, perahu bangsaku
jangan retak dindingmu
semangat rakyatku, derap kaki tekadmu
jangan terantuk batu
tanah pertiwi anugerah ilahi
jangan ambil sendiri
tanah pertiwi anugerah ilahi
jangan makan sendiri
aku heran, aku heran
satu kenyang, seribu kelaparan
aku heran, aku heran
keserakahan diagungkan
menyusuri gelombang
semangat rakyatku, kibar benderaku
menyeruak lautan
langit membentang cakrawala di depan
melambaikan tantangan
di atas tanahku, dari dalam airku
tumbuh kebahagiaan
di sawah kampungku, di jalan kotaku
terbit kesejahteraan
tapi kuheran di tengah perjalanan
muncullah ketimpangan
aku heran, aku heran
yang salah dipertahankan
aku heran, aku heran
yang benar disingkirkan
perahu negeriku, perahu bangsaku
jangan retak dindingmu
semangat rakyatku, derap kaki tekadmu
jangan terantuk batu
tanah pertiwi anugerah ilahi
jangan ambil sendiri
tanah pertiwi anugerah ilahi
jangan makan sendiri
aku heran, aku heran
satu kenyang, seribu kelaparan
aku heran, aku heran
keserakahan diagungkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar