Social Icons

Pages

Jumat, 07 Oktober 2011

Menu Gila

Hari ini aku mendapatkan pelajaran yang berharga dalam hidup. Pelajaran yang kuperoleh dari pengalaman bereksperien dari berbagai jenis rempah-rempah. Hal ini kulakukan bukan karena kompetisi aneh yang diajukan gilang ke teman-teman semalam waktu ngopi, tapi karena lidah ini sudah kangen sama makanan khas kampung halamanku.
Sejak dari tadi pagi, tumben-tumbenan diriku disibukkan dengan berbelanja kepentingan dapur. Dan hal ini juga yang pertama kalinya kulakukan, memang ambisi untuk mencoba sesuatu yang baru dalam hidupku sedang meluap sampai ubun-ubun. So, aku cuek aja kala ada mata yang melihat keanehan yang dilakukan oleh diriku dan temanku, asal jangan ada yang berpikiran kita ni pasangan hombreng –bisa-bisa perang dunia ketiga—tapi yah..biarkan orang beranggapan apa, toh realitanya aku mempunyai pekerjaan positif dan pastinya kita bukan pasangan homo (sengaja kupertebal kata bukan, agar menandakan kelelakian kita haha..). Oia sedikit penjelasan, aku berbelanja ditemani oleh Qori yang merupakan teman seorganisasiku.
Ketika berbelanja selesai, aku bergegas menuju markas tercinta untuk memulai acara memasak sesuatu yang –mungkin aneh rasanya—baru.  ‘Time to Start’..apapun kulakukan saat itu, mulai dari ngupas bawang, menguleknya dan mencuci kacang ijo. Berbagai keperluan dalam pembuatan sup kacang ijo kupersiapkan dengan cermat dalam memo yang sudah menempel kuat di otakku. Sambil menunggu matangnya kacang ijo aku mengisi waktu dengan bermain game onet. Saat itu aku masih sendiri di markas, pesaing terkonyolku masih belum dating karena dia masih kuliah. Tapi tak lama kemudian muncullah satu persatu teman-teman organisasiku, mulai dari ganyong, kentung dan terakhir adalah pesaing terkonyolku, yakni Gilang Minorside alias Kudo.
Suasana makin panas ketika dia sudah memulai meracik bumbu makanan yang akan ia masak. Ejek-ejekanpun mulai terjadi, mulai dari bumbu tai kebbo lah, model masakan kayak ibunya si raju temennya rancho lah, sampai pada hai-hai chi ayahnya Jin dalam film tekken. Pokoknya rame dah waktu itu, mana cocotnya si kudo yang tidak ada kampas remnya itu bikin suasana makin cair. Kami pun berlomba bersama, memacu waktu sambil becanda dan mentertawakan racikan bumbu masakan masing-masing.
Sumpah..aku mau ketawa tadi ketika melihat racikan si kudo. Dia kan mau bikin omelet susun yang super gede, tapi kok ya aku heran sama rempah-rempah yang dia buat, semua belanjaan di warung sayur tadi di masukin semua sama dia. Parahnya lagi, udah pake merica satu sendok, eh malah ditambah cabe segenggam tangan dia. Aku gak habis pikir klo sampai keduanya dicampur dan dijadikan bumbu dalam satu makanan, bakalan berapa orang yang bakalan mengantri wc di SC hehe..
Tapi tetap dia sudah punya rekaan, dan aku sebagai lawan tandingnya tidak berhak menghentikan ide gila masakan dia. Cuma aku tadi sedikit menganalisis makanan yang bakal ia buat karena terinspirasi oleh rumah susun (rusun) yang banyak terdapat di daerahnya. Makanya ia bikin kreasi untuk membuat omelet susun yang super gede.
Setelah sekian waktu terlewati dengan canda tawa, akhirnya masakanku yang pertama mateng duluan. Aroma merica yang kebanyakan itu sangat menyengat hidung dan mata, tapi yang namanya manusia suka gak percaya sama apa yang dilihat, termasuk lidah yang tidak mempercayai mata dan hidung berani nekat mencicipi dengan perlahan dan penuh perasaan. Srupp…cicipan pertama sudah memasuki rongga mulut. Dan apa yang kurasakan? Pastinya kalian sudah pada tahu, yaitu masih kurang asin coy dan lidah terasa kaku ketika panas merica terasa. Gila..aku gagal (batinku), tapi biarlah yang penting aku berhasil mencoba sesuatu yang baru dan belum pernah kulakukan. Meski rasanya gak karuan, tapi tetap saja kulahap agar menghormati peluh keringat yang bercucuran. Disamping itu juga karena rasa kangen sama kuliner rumah aku memberanikan diri memakannya sendok demi sendok sampai perut terasa dibakar api. Dan kuhentikan..lalu kupersilahkan audien yang melihat kompetisi kami yang konyol ini untuk mencobanya. ---wuek..kok gini rasanya—kesan orang pertama. --….??...--- tak ada kesan ucapan dari orang kedua, tapi dia menunjukkan ekspresi jelek wajahnya ketika masakan tu menyentuh ujung lidahnya. Dan aku berhipotesa masakanku ancur. Harapan yang semula sangat berharap baik, perlahan harapan itu hancur perlahan dengan reaksi dan sikap anak-anak yang mencicipi tu menu.
Orang ketiga yang bakal mencicipi ni sup sudah datang dan langsung melahapnya. –pean mau buat racikan pencuci perut mas?—komen orang ketiga. Huh..dengan sedikit kecewa karena tak dapat memberikan yang terbaik terasa olehku. Tapi it’s okelah..toh kejujuran merupakan sesuatu yang baik meski gak enak di telinga. Toh tu kan menjadi motivasi tersendiri bagiku agar lebih baek lagi kedepannya dalam memasak menu daerah.
Selesai makananku dikomentari, kita tinggal menunggu hasil dari masakan si kudo yang kala itu sudah di bantu asisten pungutan yakni Omes dan cowoknya. Mereka lagi sibuk menetaskan telor, mengaduk telor dan bumbu yang sudah gilang buat dan sibuk merebus mie instan yang bakal jadi bahan dasar omelet tersebut.  Lama sekali kutunggu kapan masakan kudo tersaji, akhirnya kulebih memilih untuk bermain game lagi sampai para dewan juri yakni Ganyong dan gempur tiba di TKP.
Waktu sudah menunjukkan batas maksimal yang telah ditetapkan yaitu jam 12.30WIB. tapi omelet si kudo masih tak kunjung mateng, berkali-kali kudengar ganyong memperingatkan kalo batas waktu memasak sudah sampai pada yang telah ditetapkan dan disepakati. Tapi yang namanya kudo gak bakalan dia menggubris sindiran ganyong, dia tetap cuek sambil senyam-senyum dengan hiasan khas dia yakni kumisnya yang menggoda sampai-sampai diriku tergoda ingin mengupas tu kumis hehe just kidding!!
Lama menunggu akhirnya tiba juga,, setelah beberapa kejadian menarik terlewati seperti kegosongan dan segala macam tingkah kudo yang bikin tertawa anak-anak, omelet buatannya tersaji dengan aroma menggoda. Sukses dah buat dia, meski sebelumnya dia berkata nyerah untuk masak-masak. Tapi hasil karyanya omelet susun yang tidak sesuai susunannya itu tersaji oke bagi temen-temen. Dari sinilah aku mendapatkan pelajaran baru, yakni memasak bukanlah karena bakat melainkan karena niat. Dan hasil yang dicapai tidak maksimal dan rasa kedua masakan sangat amburadul. Toh tetap kita masuk dalam kategori koki/chief yang berhasil memasak sesuatu yang berbeda, maksudnya berbeda dari lumrahnya koki memasak hehe.
Inilah kejadian penting yang kan menjadi memori tersendiri dalam kenangan pribadiku, kudo dan anak-anak yang menyaksikan kelak. Meski ancur-ancuran, dan tidak dapat dinikmati layaknya masakan lain, ini akan menjadi kesan tersendiri bagi UKM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar