Social Icons

Pages

Jumat, 30 Maret 2012

Tidak Perhitungan Vs Tidak Tahu Diri

Ada satu hal yang ingin kutulis, tentang beberapa orang yang aneh dan ini memang nyata. Keberadaan mereka sungguh sangat menyulitkan orang terdekat, hingga tidak heran banyak yang benci dan enggan bergabung dengan kesenangan mereka. Siapakah itu? Mereka itulah orang-orang yang tidak mengerti keadaan dan tidak tahu diri.
*
Awal mula aku menganggap hal itu adalah biasa, bukan hal yang membuat hati jengkel sampai ingin memakinya. Aku memaklumi apa yang dilakukannya tak lebih dari sifat kebanyakan orang-orang yang berkelompok atau geng. Dalam motto yang kupegang dan kujadikan prinsip kala berkumpul dengan mereka (teman-temanku dulu) adalah ‘dilarang perhitungan’. Dan motto itu senantiasa menjadi asas kami kala masih teguh dan rukun dalam berkelompok. Namun lambat laun, ada hal yang dengan motto itu menjadikan sebuah pijakan untuk menghilangkan ‘bondo’ atau modal. Inilah awal petaka, kelompok kami mulai ada konflik, semua berawal dari –tidak tahu diri- salah seorang dari kelompok kami. Memang hal ini jika dilihat oleh anak-anak yang di luar kelompok kami adalah hal yang sepele. Namun bagi kami tidak, ini sudah kelewat batas dan keterlaluan. Tindakan sepele yang dilakukan salah seorang dari kelompok kami sudah sering dilakukan tiap hari, hingga sepele itu berubah pada hal yang utama.
Entah apa yang menyebabkan seseorang tidak tahu diri, awal kami mengira mungkin ini karena kelonggaran kita dalam masalah apapun yang selalu ada hubungannya dengan uang, makan, rokok, pulsa, baju, celana, dan jajan. Jika sudah menyangkut masalah itu, kita sudah tidak pandang ini milik siapa dan kamu punya apa. Waktu kami masih rukun, segala yang kita punya adalah milik bersama terkecuali cewek. Kalau sudah menyangkut masalah cewek, semua angkat tangan. Selain masalah itu, silahkan dinikmati, barang ini ada untuk ditiadakan, begitulah karakter kami semua.
Namun kini jangan berharap lebih untuk kerukunan kelompok kami, selain kita sudah berpisah tempat tinggal, kita juga sudah sibuk dengan urusan masing. Dan yang menarik adalah sifat -tidak tahu diri- itu hingga saat ini masih saja terpelihara, dan bahkan lebih parah dari sebelumnya. Jika sebelumnya –kasus 3 tahun lalu- ‘dia’ dengan entengnya menghabiskan pulsa teman-temannya untuk smsan. Sekarang ketika suatu kali dipertemukan, jangankan pulsa yang diembatnya, rokok, baju, sabun, sampo dan hal-hal yang tidak wajar dipinjem ‘dia’ embat juga. Memang parah ni anak, ada satu hal yang lebih menjengkelkan kita adalah tentang handuk. Handuk kita, digilirnya satu persatu, padahal dia punya dan lebih bagus dari pada handuk kita yang dipinjaminya. Tapi karena handuknya kotor dan dia sungguh malas untuk mencucinya, akhirnya dia lebih memilih untuk menggilir handuk teman-temannya.
Ada lagi yang parah, jika mau mejeng atau kencan sama tu doi. Apa yang dipakainya, mulai dari atas hingga kaki pun ia meminjam alias ‘gak modal blas’. Segala yang ia pakai hingga saat ini adalah hasil “Embatan” dari teman-temannya. Pernah suatu ketika, salah seorang anggota dari kelompok kami yang orangnya agak tempramen menegur langsung tindakannya yang sudah kelewat gak tahu diri itu. Ketika ditegur, dia diam seribu bahasa, seolah dia tidak bersalah dan tidak seharusnya dia ditegur, aneh kan? Kalau sudah seperti ini, dia biasanya menghilang selama beberapa hari, entah ngacir kemana tu anak. Dan sekembalinya lagi, tetap saja dia gak tau diri lagi. Jadi sikap gak tau dirinya sudah mendarah daging dan menjadi tabiat dia. Hal yang menjadi andalan dia ketika ditegur baik sama teman-temannya atau sama orang terdekatnya adalah ‘tidak boleh perhitungan’.
Memang benar, tidak boleh perhitungan dalam berteman itu penting dan wajib dilakukan. Mengingat teman adalah orang yang selalu ada saat kita suka duka, jadi sewajarnya kalau kita tidak boleh ada hitung-hitungan sama yang namanya teman. Tapi, perlu untuk digaris bawahi, tidak boleh perhitungan itu dilakukan pada teman yang mengerti dan tahu diri.
Nah, bagaimana menghadapi teman yang tidak tahu diri atau orang yang tidak tahu diri? Sudah jelas sikap tidak boleh perhitungan ditiadakan, karena jika kita tetap tidak perhitungan pada orang yang tidak tahu diri, tunggu saja nasib buruk yang kan mendatangimu. Ini bukan perkara sepele, jika keberadaan kita sama-sama diperantauan. Ini merupakan keadaan penting untuk diketahui demi kemaslahatan dan ketentraman hidup dalam bersosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar