Social Icons

Pages

Rabu, 18 Januari 2012

Pentingnya Kaderisasi


Maraknya persepsi miring terhadap Mahasiswa Pecinta Alam, ternyata di balik semua itu terpendam nilai-nilai spektakuler yang sangat mengejutkan. Sebuah pelajaran dalam berorganisasi mereka ajarkan pada kami yang terbilang masih bleng dalam memanajemen anggota dalam organisasi. Pemberdayaan sebuah nilai loyal terbentuk dan dibentuk bukan karena sebuah diklatsar, melainkan adanya sebuah penanaman dan kaderisasi terhadap sebuah anggota baru dengan mem-follow up setiap individu anggota baru.
Rasa loyal dan sebuah tanggung jawab dihasilkan dari sebuah upaya para senior dalam mewujudkan semua itu. Pengkaderan tanpa upaya pendekatan individu dan doktrin tidak akan menghasilkan anggota yang diharapkan. Semua akan berhasil jika kedua hal tersebut diterapkan sejak berlangsungnya diklatsar hingga masa pemberian nomor anggota. Doktrin terhadap anggota sangatlah urgen ketika diklatsar berlangsung, mengingat program ini adalah pendidikan dan pengkaderan terhadap sebuah anggota. Keurgenan ini dapat kita pahami terlebih kita rasakan kalau sudah melihat adanya sebuah ketidak loyalan anggota terhadap organisasi tersebut (protol). Yang diharapkan bukanlah sebuah intelektual tinggi ketika menyangkut masalah loyal, melainkan kesetiaan dalam memahami setiap program dan masalah dalam organisasi. tanggung jawab akan beban yang diembankan pada tiap anggota  akan dilaksanakan dengan penuh dengan sendirinya ketika nilai loyal itu sudah tersemat di benak dan hati anggota baru.
Terkait masalah loyalitas dan tanggung jawab, tidak ada atau muncul dengan sendirinya seperti halnya sebuah ilham. Sifat itu muncul karena adanya sebuah penanaman sejak awal berlangsungnya sebuah diklatsar ini, selain itu penanaman sifat ini tidak hanya dilakukan ketika masa diklatsar saja, melainkan harus terus menerus hingga masa pelepasan (unfollow up) sudah selesai. Usaha ini tentunya tidaklah 100% berhasil, mengingat karakter individu anggota itu berbeda satu dengan yang lainnya. Ditambah lagi jika melihat sebuah program dalam diklatsar ini sudah ada unsur balas dendam dari para senior, maka secara mutlak penanaman upaya dan usaha tersebut akan tertolak. Jadi disini harus ada timbal balik antara panitia dan penanggung jawab acara, harus ada kordinasi dan saling menyeimbangkan proses diklatsar ini. Oleh karena itu, jika doktrin yang dilakukan panitia sudah tertolak maka kewajiban penanggung jawab acara tersebut untuk bertindak  dalam pendoktrinan terhadap anggotanya. Mengingat diklatsar ini adalah sebuah pintu masuk/gerbang memasuki organisasi, seyogianya bagi panitia dan penanggung jawab berkeinginan antara memperindah organisasi atau menghancurkannya.
Secara rasio, orang waras pasti akan memilih untuk memperindah organisasinya. Tapi kebanyakan orang juga tidak menyadari tiap tindakannya itu akan berakibat pada pengrusakan organisasi. Oleh karena itu, perlu adanya rasionalisasi terhadap tiap tindakan yang dilakukan panitia maupun penanggung jawab akan konsekuensi terhadap tindakan yang mereka lakukan. Bagaimanapun, sukses tidaknya pendidikan dan pelatihan dasar ini semua tergantung pada sebuah kematangan panitia dan penanggung jawab dalam memprogram acara tersebut. Hal ini senada dengan kita memasak sebuah beras, beras dapat menjadi sebuah nasi jika pengolahannya sesuai dengan prosedur dan pengolahan yang sudah diaturkan. Namun akan rusak dan menjadi sebuah bubur ketika melewati batas prosedur yang sudah berlaku. Inilah diklatsar, tidak perlu untuk takut bertindak ketika mengkader anggota baru, salah benar dalam tindakan dapat kita bedakan dan dipelajari tergantung dari sejauh mana para senior mengharap kader-kader yang diharapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar