Social Icons

Pages

Selasa, 02 Agustus 2011

Menuju Sempu Part 2

On The Road

ehm..akhirnya, berangkat juga orang-orang yang akan pergi ke sempu setelah berdiskusi mengenai transportasi kesana menggunakan apa. setelah selesai berdiskusi kecil, akhirnya pilihan kita jatuh pada kata ‘ngangkot’. tak apelah yang penting selama’ sampe tujuen (*Upin Ipin nih hehe). yup kita ngangkot dari depan kampus sampe terminal gadang dengan menaiki angkot LG (Landungsari-Gadang). awal naik, perutku dah mual, mana cuaca panas, wes dah pokoknya nggak nyenengin banget di angkot waktu itu. tapi yang mulai hilang perasaan itu, ketika kami berlima bertemu dengan dua pemuda (yah..orang ini bisa di anggap aneh lah) yang juga menaiki angkot LG. kenapa aku mengklaim mereka aneh? bayangkan coba, masak ada orang yang di tanya supir mau turun di mana, eh dia malah saling tunjuk untuk menjawabnya. yang satu sibuk smsan, yang satunya lagi gak tau lah apa yang dikerjakannya. dia selalu liat jalan n pokoknya kelihatan bingung dah orangnya. “dasar aneh” batinku. ditanya mau turun dimana malah saling tunjuk siapa yang mau jawab. mereka gak mikir betapa gondoknya tu supir karena dicuekin beberapa kali. mungkin mereka adalah mahasiswa di daerah sukun pikirku, jadi ya nyantai ja n gak usah di jawab pertanyaan si supir tadi. dan lagian jarak mereka naek angkot sampa kampus yang aku maksud, kurang lebih hanya 10 menitan lah jika diukur dengan waktu. akupun akhirnya mengabaikan dua orang aneh itu dan kembali fokus pada jalan menuju Sempu. 20 menit berlalu, aku merasa ada yang ganjil. bukan karena salah arah atau salah jalur. tapi karena dua orang aneh itu koq ya masih belum turun. ah sudahlah gak usah ngurusi dua orang itu. teman bukan, apalagi sodara cuek aja. nah..ini dia pertigaan menuju terminal gadang. akhirnya mau nyampe juga. kami diturunkan sama supir angkot di depan ruko tempat dia mangkrak. akhirnya kami turun setelah membayar ongkos Rp. 12.500,-/5 org. setelah barang-barang di turuni dari dalam angkot, lagi-lagi pikiranku tertuju pada dua orang tadi. “koq masih belum turun sih mereka?” tanyaku dalam hati. “jangan-jangan mereka kesasar mau ke Landungsari, taunya nyampe gadang?? alah masa bodoh, biarin saja kesasar, lagian suruh sapa mereka gak bilang mau kemana.” lanjutku sambil berlalu menjauhi angkot yang kutumpangi tadi.
belum berjalan 20 langkah, eh udah ada calo (*kayak jin aja bisa muncul tiba-tiba). dia menawari kami berlima untuk naek bus jurusan dampit dengan alasan klo naek mobil angkot biasa, yah lama lah berangktanya, ato apa lah. dari pada ngyel, mending kita terima aja kata-kata mutiara dia (pura-pura bodo hehehe). bis yang dia maksud akhirnya aku ketahui ukurannya kayak bis metro mini di Jakarta. warnanya kuning, dan kulihat penumpangnya masih belum banyak. bis itu sudah bersiap berangkat ke dampit. tanpa pikir panjang lagi kami langsung menaiki bis kuning itu. kulihat di dalam masih banyak kursi yang kosong langsung saja aku beranjak ke depan menghampiri kursi yang belum ada penumpangnya. ketika hendak menuju kursi, kulihat seorang cew sedang duduk sendiri di belakang kursi kosong yang ku maksud tadi. awalnya aku ingin duduk di sebelahnya, tapi ku urungkan niatku. aku lebih memilih menghindar dan tetap fokus pada kursi kosong itu. biarlah cewek itu duduk sendiri, lagian meski aku duduk di sebelahnya, kondisi mentalku sekarang sedang tidak mood untuk kenalan ma si cewek tadi. bukan karena dia jelek, tapi karena aku harus fokus pada petualanganku nanti yang tidak kalah ‘beutifull’ nya dengan cewek itu. belum selesai aku menghayal tentang sempu. eh suara gilang membuyarkan hayalanku. sial!! dia sambil menyeringai mengataiku “Goblok lu”, aku ngerti maksud perkataannya. tapi aku biarin ja sambil membalas dengan senyum. lalu dia mengambil duduk di sebelahku. dan kamipun terdiam dalam kurungan hayalan masing-masing.
10 menit berlalu, laju bus tiba-tiba terhenti. kulihat anak SMP sedang pulang sekolah, sebagian dari gerombolan mereka menaiki bis kami. si gilang kembali membuat ulah dengan kekonyolan dia yang gak jelas. “eh anak smp, kene longgo ambek mas kene.” gumamnya padaku. aku hanya tersenyum melihat tingkahnya yang mengharap sisa kursi yang kami duduki akan terisi sama siswi. eh taunya malah anak laki-laki yang mengisi kekosongan kursi kamu. kulihat wajah gilang langsung layu, tapi tetap saja dia senyum2. akhirnya bis yang kami naiki melaju kembali dengan kencang. sambil mengisi kekosongan, aku mencoba melihat pemandangan yang ada disebelahku. dari jendela bis sebelah kanan, aku dapat menikmati kehidupan orang yang lalu lalang menghiasi sesawahan di pedesaan itu. entah desa apa namanya, akau tidak terlalu memikirkannya. lama bis itu berjalan, sebuah nama yang dulu pernah singgah di otakku seolah menampakkan diri di hadapanku. “KREBET” yah itulah nama yang mengingatkanku pada pengajuan proposal dana untuk sponsor dulu. krebet ini adalah pabrik gula. entah tahun berapa pabrik ini didirikan, tapi yang pasti pabrik yang tadi kulewati termasuk dalam kategori pabrik tua jika dilihat dari bangunannya. hem..sudahlah masalah krebet mungkin kita bicarakan lain kali.
aku kembali asik dalam kerjaanku. aku sudah tidak menyimak kegiatan yang dilakukan gilang. entah mau nungging kek, mau tengkurap ato telentang (*kyak lagu plesetannya bung Rhoma hehe) pkoknya aku hanya fokus pada pemandangan yang ada di sebelah kananku. sedang asik-asiknya menikmati itu semua, aku jadi teringat sama seniorku mas hisyam. yang sebentar lagi rumahnya mau kita kunjungi. sontak saja aku langsung noleh untuk memastikan itu semua. dibelakan ada dini, galuh dan qori’. kutanya dini gimana kbr sms td, apakah sudah ada balasan dari mas hisyam? dia memanggutkan kepala. syukur deh akhirnya sesuai perkiraan yang sudah di prediksikan dari awal, yaitu: kita bersilaturrahim dulu ke mas hisyam (*ya ela..kyak dukun aja bisa memprediksi). kemudian kutanya lagi sama dini kita nanti turun dimana klo mau ke mas hisyam? kta dini kita suruh turun di Pasar Turen, dan mas hisyam yang akan menjemputnya nanti. okelah kalo beg..beg..begitu!! asik akhirnya tanpa susah-susah mencari, kita malah yang akan dicari nanti sama mas hisyam, pikirku dalam hati. setelah beberapa menit berlalu. gapura pertanda pembatas kecamatan yang bertuliskan “Selamat Datang” itu sudah dpt kulihat. kami berlima pun sudah berdiri bersiap-siap untuk turun dari bis yang kami tumpangi. qori’ yang lebih tau daerah malang, langsung bilang sama si kondektur bis klo kita turun di pasar turen. dia pun hanya mengangguk pertanda pesan sudah kami terima dan silahkan tunggu (*kayak hape aja hehe). “Pasar Turen” teriak kondektur itu. bis akhirnya berhenti tepat di depan pasar, kami langsung turun tanpa menunggu perintah si kondektur tadi. hem..akhirnya sampe di turen. perjalan ke sempu masih tinggal separuh perjalanan lagi. pikirku. sambil menunggu, kami memilih tempat agar mudah untu di cari dan juga enak untuk kami tempati, yaitu: ke tempat penjual gorengan hehehe.. sambil menunggu datangnya jemputan, kami berlima sedang asik bercengkrama sambil menikmati gorengan. meski tidak hangat, namun yang bikin hangat adalah penjualnya. mbk penjual gorengannya cantik cuy, mudah n kulitnya putih bersih lagi. ya elah,,gilang lagi yang jg tukang kisruhnya. masak orang muda kyak itu dia manggilnya ibu?? dasar aneh, langsung saja si qori’ ngebisikin dia. “jangan panggil ibu! orangnya masih muda” bisiknya. namanya si gilang ya gitu deh, kayak angin masuk telinga kanan keluar di telinga kiri. ah sudahlah.. langsung bahas kelanjutannya. gak enak ngomongi mbak-mbak yang sudah punya suami.
tak lama dari itu, Hp dini berdering. aku ketahui setelah dini bilang bahwa yang nelp adalah mas hisyam. dini dengan cepat memberitahu lokasi kita nunggu kepada mas hisyam. setelah itu kami mencoba mencari mas hisyam, dimanakah dia berada? (ah..puitis banget)..dari kejauhan kami melihat sesosok lelaki dewasa sedang senyum ramah pada kami. kuketahui itu mas hisyam. kami akhirnya menghampirinya dengan balas senyum juga sambil bersalaman. L300 sudah siap menampung kami yang sedang di parkir tak jauh dari lokasi pasar. letter w (sidoarjo), kami semua kebingungan ketika melihat L300 warna merah yang dinaiki mas hisyam. mungkin karena pada penasaran, qori’ langsung bertanya asal mas hisyam di lahirkan? mas hisyam ngerti apa yang kami bingungkan. dia akhirnya menjelaskannya dengan sederhana. “aku asli malang, ujubku yang asli sidoarjo.” jelasnya singkat. oo..begitu,,kami seolah paham apa yang sudah mas hisyam jelaskan. dan setelah itu kami tenggelam dalam cengkrama dengan senior kami (mas hisyam) dalam mobil yang kami tumpangi. hore..akhirnya satu rencana mulai berjalan, aku sudah bisa mengajak anak-anak untuk bersilaturrahim ke rumah para AK (pesan mas senter).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar